Jakarta-TAMBANG. Harga batu bara yang terus membaik sejak akhir tahun 2016 hingga saat ini telah mendongkrak kinerja perusahaan tambang batu bara. BUMN tambang batu bara, PT Bukit Asam,Tbk (PTBA) dalam laporan kinerja di tiga bulan awal tahun 2017 membukukan kenaikan laba bersih sebesar 162% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Dalam laporan kinerja Kuartal I/2017, Perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp.870,8 miliar. Sementara kuartal I tahun 2016 tercatat sebesar 332,6 miliar.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan kinerja positif diawal tahun ini ditopang kenaikan pendapatan perseroan. Untuk diketahui, pendapatan perseroan di kuartal I ini sebesar Rp.4,55 triliun atau naik 128% dibanding periode yang sama tahun 2016. Kenaikan pendapatan ini ditopang oleh kenaikan harga batu bara dan juga keberhasilan perusahaan melakukan efisiensi.
Di tiga bulan awal ini, perseroan berhasil memproduksi batu bara sebesar 4,49 juta ton atau 39 % lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu. Di kuartal I/2016 produksi batu bara PTBA sebesar 3,26 juta ton.Sementara penjualan batu bara selama tiga bulan pertama tahun ini sebesar 5,44 juta ton atau naik tipis sebesar 4% dibanding periode yang sama tahun 2016 yakni sebesar 5,23 juta ton. Meski ada kenaikan penjualan dan produksi, sejauh ini harga pokok penjualan naik tipis sebesar 5%.
“Jika dilihat kenaikan harga penjualan naik tipis tetapi berkat berbagai upaya optimasi dan efisiensi pada jalur sistem rantai pasok dapat memberi kontribusi signifikan pada perolehan laba bersih perseroan,”tandas Arviyan di Jakarta,(27/4).
Menurut Arviyan sebagai perusahaan yang bergerak di bisnis komoditi sangat tergantung pada pergerakan harga. Perusahaan tidak akan bisa melakukan intervensi terhadap pergerakan harga dipasar. Oleh karenanya yang bisa dilakukan perusahaan adalah meningkatkan efisiensi baik operasional maupun teknis seperti menurunkan nisbah kupas dari 5,4 menjadi 4,02.
Mantan Direktur Utama Bank Muamalat ini juga mengakui bahwa rantai pasok batu bara ini sangat menentukan kinerja perseroan. “Kami masih sangat bergantung pada kemampuan PT KAI sebagai mitra kami dalam angkutan batu bara untuk sampai ke konsumen. Angkutan batu bara oleh PT Kereta Api Indonesia dari lokasi tambang menuju pelabuhan mengalami peningkatan sebesar 17% atau sebesar 4,99 juta ton. Dari jumlah tersebut yang ke Pelabuhan Tarakan di Lampung sebanyak 4,24 juta ton. Sedangkan ke pelabuhan Kertapati di Palembang sebesar 0,72 juta ton.
“Sejauh ini kereta api menjadi satu-satunya moda transportasi batu bara kami ke dua pelabuhan baik ke Tarahan maupun ke Kertapati,”terang Arviyan. Ia pun menambahkan bahwa kenaikan kapasitas angkutan ini seiring dengan tambahan lokomotif dan gerbong yang dimiliki PT KAI serta selesainya jalur double track di lintasan Tanjung Enim-Prabumulih.