Jakarta-TAMBANG. PT Pertamina (Persero) lewat transformasi pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang dijalankan Interated Supply Chain (ISC) berpotensi mendapat dampak finansial hingga US$656 juta per tahun.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan pencapaian Pertamina melalui ISC cukup baik dan perlu diapresiasi semua pihak. “Hal yang perlu diperhatikan tentu mempertahankan capaian kinerja yang sudah baik dan menghilangkan beberapa hal yang kurang efisien,” ungkap Komaidi.
Komaidi pun berharap hal-hal yang kurang baik di masa lalu melalui Petral agar ditinggalkan dan diganti dengan budaya yang jauh lebih baik. “Untuk tahapan likusidasi saya kira masih relatif sesuai dengan rekomendasi Tim Pak Faisal Basri saat itu,” tandasnya.
Sementara Direktur Utama PT Pertamina Persero Dwi Soetjipto menegaskan bahwa proses likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral, dan PES pada Februari 2016 telah dilakukan formal likuidasi. Proses tersebut lebih cepat dibandingkan dengan target sebelumnya, yaitu Juni 2016.
“Setelah proses tax clearance dari tax authority Hong Kong, Zambesi, dan Petral akan dissolved dan proyeksi kami hal tersebut dapat tuntas pada pertengahan tahun ini. Untuk PES sendiri di bawah kontrol likuidator akan terlebih dahulu menuntaskan masalah utang piutang dan akan menyusul dissolved,” tandas Dwi.
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa dari pengadaan minyak mentah dan produk minyak yang dijalankan Integrated Supply Chain (ISC), PT Pertamina (Persero) berpotensi mendapat dampak finansial hingga US$656 juta per tahun.
“Dari insiatif-insiatif dan juga langkah terobosan yang akan dilakukan ISC sepanjang tahun ini, Pertamina ke depan berpotensi dapat menciptakan nilai tambah dan efisiensi sebesar US$656 juta per tahun,” ujar Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina di Jakarta, Senin (4/4).
Menurutnya transformasi ISC telah melahirkan tiga tahapan penting atau dikenal dengan Fase 1.0 atau fase Quick Win, Fase 2.0 atau fase World Class ISC, dan Fase 3.0 di mana ISC akan menjadi Talent Engine. Dari Fase 1.0, ISC telah terbukti memberikan kontribusi nyata bagi kinerja Pertamina secara keseluruhan dengan dihasilkannya efisiensi sebesar US$208,1 juta sepanjang tahun lalu.
Untuk Fase 2.0, terdapat enam inisiatif yang dikembangkan, yaitu pengadaan minyak mentah berdasarkan nilai keekonomian yang dilihat dari hasil produksi, penambahan list minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi yang dapat diolah di Kilang Pertamina, dan kebijakan pengadaan minyak mentah secara berjangka (6 bulan) dengan melakukan pra seleksi untuk minyak mentah yang bernilai ekonomis tinggi.
Inisiatif lainnya adalah negosiasi peningkatan volume minyak mentah domestik yang disuplai kepada Pertamina oleh KKKS, optimasi pengolahan minyak untuk mendapatkan margin terbaik, serta penyederhanaan syarat & ketentuan (GT&C) dalam pengadaan minyak mentah di RU VI Balongan sesuai dengan standar internasional.
Selain inisiatif-insiatif tersebut, ISC juga akan melakukan sejumlah langkah terobosan yang akan dilakukan sepanjang 2016. Langkah-langkah terobosan tersebut, meliputi pembelian hydrocarbon, baik minyak mentah, kondensate dan LPG yang bersumber dari Iran, Crude Processing Deal untuk minyak Basrah Light Crude, langkah lanjutan reformasi proses pengadaan minyak mentah & produk di Pertamina, maksimalisasi pembelian minyak mentah domestik untuk Kilang Pertamina, dan BTP Implementasi HPS keekonomian dalam pengadaan minyak mentah.