Karawang – TAMBANG. Hutan mangrove memiliki peranan penting dan manfaat yang banyak baik langsung maupun tidak langsung bagi lingkungan sekitar. Indonesia, sebagai Negara kepulauan merupakan salah satu negara dengan luas hutan mangrove terbesar di dunia.
Hutan mangrove bila kita mengelolanya buruk, maka ekosistem hutan mangrove di pesisir pantai terancam punah sehingga akan mempercepat proses abrasi pantai dan dalam beberapa tahun ke depan, garis pantai akan lebih cepat bergeser ke arah daratan.
Fenomena ini terjadi di sepanjang pesisir pantai Dusun Tirtasari, Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Karawang Barat. Data Kepala Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Karawang menunjukkan terjadinya penurunan luasan bakau di kawasan ini, yaitu dari 1.186,1 ha (tahun 1993), menurun drastis menjadi hanya 233,7 ha (Agustus 2013).
Dari fakta ini sangatlah meresahkan, bagi seorang Isan Setiawan yang menjadi sosok pembawa perubahan di kawasan ini. Isan adalah pemrakarsa berdirinya Program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP), bersama OTAP kemudian Isan menargetkan penanaman bakau sebanyak 200.000 pohon dalam lima tahun dengan melibatkan partisipasi masyarakat dan karyawan.
“Minimnya kesadaran masyarakat sekitar untuk melindungi hutan mangrove menjadi kendala utama. Paradigma mereka juga masih keliru, sehingga banyak hutan mangrove yang dibabat habis,” ujar Isan.
Isan pun berpendapat bahwa masyarakat sekitar yang banyak berprofesi sebagai nelayan dan petambak ikan memiliki pemikiran awam bahwasanya hutan mangrove sangat merugikan mereka. Pandangan masyarakat dengan semakin hijaunya hutan mangrove, maka akan mengundang kawanan burung yang mengganggu ikan-ikan yang sedang dibudidayakan. ”Hal itu yang membuat hutan mangrove di desa ini dibabat habis dan kayunya dijadikan kayu bakar,” keluh Isan.
Isan percaya bahwa hutan ini perlu segera diperbaiki sehingga dapat dikembalikan ke fungsinya sebagai kawasan hutan mangrove. Pada tahun 2012, Isan bersama OTAP bekerjasama dengan Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) dan Koalisi Masyarakat Demokrat Pemantau (KOMDEP).
Kegiatan rutin program OTAP terdiri atas penyuluhan, pembelian bibit bakau, penanaman, pemantauan tanaman dan evaluasi program. Dalam program ini, karyawan dan keluarga menyumbangkan bibit pohon untuk ditanam di daerah pesisir. Setiap bibit pohon senilai Rp 60.000 dan setiap bibit pohon yang disumbangkan, maka perusahaan juga menyumbangkan dengan nilai yang sama.
Pada saat ini sudah ada 28 kelompok masyarakat beranggotakan 3-5 orang tiap kelompoknya. Setelah empat tahun berjalan, banyak sekali manfaat yang dirasakan bersama. Dahulu, air pasang pantai selalu masuk ke dalam rumah warga, namun kini tidak lagi. “Hal ini membuktikan bahwa tingkat abrasi menurun, karena kami menanam pohon mangrove di dekat bibir pantai. Untuk petambak ikan, jika dahulu mereka panen ikan bandeng setelah 5-6 bulan, kini hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk panen,” jelas Isan.
Desa Sedari sendiri pun pertumbuhan pariwisatanya juga meningkat. Dengan pantai wisatanya Tanjung Sedari, merupakan salah satu obyek wisata yang memiliki panjang pantai 4 km serta hutan mangrove sekitar 40 hektar. Pantai Wisata ini dahulu sering terendam banjir air pasang, namun kini sudah berkurang dan membuat jumlah pengunjung melonjak.
Masyarakat sekitar kini banyak yang memperluas mata pencaharian dengan menyewakan perahu, pelampung, hingga berjualan makanan. Pendapatan mereka mampu bertambah sekitar Rp 100.000 – Rp 200.000 setiap harinya.
Untuk menghargai komitmen, perjuangan serta kontribusi nyatanya, Isan dianugerahi penghargaan Local Hero kategori “Pertamina Hijau” oleh PT. Pertamina (Persero), pada tahun 2015 lalu.
Pertamina menilai, bahwa apa yang telah dilakukan Isan telah memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan sekitar dan Isan juga berhasil mengubah paradigma masyarakat lokal tentang mangrove.
Pertamina (Persero) tak segan memberikan bantuan berupa pembangunan dua jembatan utama sepanjang 200 meter untuk akses masuk ke Desa Sedari agar program yang ada dapat terrealisasi. Dan kini Desa Sedari tidak lagi terisolir, bahkan jalan menuju pantai di desa tersebut sudah bisa dilalui kendaraan roda dua dan empat.
Dari sebuah desa yang sering terendam banjir air pasang, kini Desa Sedari telah bertransformasi menjadi sebuah desa yang lebih hijau, dengan potensi pariwisata yang baik. Hal ini bukan saja memajukan perekonomian masyarakat, namun juga melestarikan lingkungan di Karawang Barat.