Jakarta, TAMBANG – PT Smelting memproyeksikan produksi katoda tembaga tetap stabil tahun ini, meski PT Freeport Indonesia sebagai pemasok utama bahan baku konsentrat ke Smelting, menurunkan produksinya untuk tahun 2019 hingga 2022.
“Saat ini kita menerima konsentrat 1,1 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Ini selalu dipenuhi, meskipun sekarang sedang turun, tapi komitmen ke Smelting stabil,” kata Manager General Affairs PT Smelting, Saptohadi Prayetno, Senin (11/2).
Menurutnya, Freeport yang merupakan salah satu pemegang saham di Smelting, telah mengumumkan adanya penurunan produksi lantaran terjadi transisi, perubahan metode penambangan dari terbuka (open pit) menjadi bawah tanah (underground mining).
“Walaupun semua bahan baku dipasok oleh Freeport dari tambang Mimika, dipastikan tak akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi Smelting,” beber Saptohadi.
Untuk diketahui, dari konsentrat yang berjumlah 1,1 juta ton itu, Smelting mampu menghasilkan sekitar 291 ribu ton produk utama katoda tembaga dengan tingkat kemurnian 99,99 persen.
Produk utama Smelting dominan disasarkan ke pasar ekspor, yaitu Jepang dan Korea. Sebab, pasar di dalam negeri dinilai belum punya daya serap yang kuat.
“Posisi saat ini 291 ribu ton katoda tembaga, ini kami berikan kami harapkan untuk industri dalam negeri. Tapi saat ini 59 persen ekspor, sisanya ke dalam negeri,” ungkap Saptohadi.
Selain katoda tembaga, Smelting menghasilkan pula produk sampingan berupa 1,04 juta ton asam sulfat, dan 805 ribu ton terak tembaga. Adapun asam sulfat dipasok untuk industri pupuk, PT Petrokimia Gresik.
Permintaan terbesar atas katoda tembaga terbaik (LME grade A) milik Smelting datang dari pabrik kabel, baik domestik atau luar negeri.
“Saat ini, baru industri kabel terbesar. Untuk otomatis AC (air conditioner) segala macem belum berjalan dengan baik, ini kami harap nanti bisa berkembang di dalam negeri,” papar Saptohadi.
Sebagai informasi, pabrik pengolahan dan pemurnian alias smelter milik Smelting berlokasi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Operasional perusahaan bernaung di bawah Izin Usaha Industri (IUI). Smelting merupakan afiliasi perusahaan asal Jepang, Mitsubishi Materials Corporation.