Jakarta, TAMBANG – Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi (testing, inspection, and certification/TIC), PT Mutuagung Lestari atau MUTU International (MUTU) berencana melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
MUTU mendapatkan surat izin Pra-Efektif dan izin publikasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 11 Juli 2023. Melalui mekanisme IPO, MUTU akan melepas sebanyak-banyaknya 942.857.200 lembar saham atau maksimal 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan.
Saham MUTU akan ditawarkan dalam rentang harga Rp105 hingga Rp110 per saham. Dengan demikian, Perseroan diproyeksikan akan memperoleh dana segar antara Rp99,00 miliar hingga Rp103,71 miliar.
Presiden Direktur MUTU International Arifin Lambaga menyatakan bahwa IPO merupakan salah satu langkah strategis yang diambil Perseroan untuk menangkap peluang yang lebih besar di industri TIC Indonesia. Saat ini masih belum banyak perusahaan yang terlibat dalam industri TIC.
“Kami melihat potensi yang baik untuk industri TIC baik di Indonesia maupun global. Nilai pasar TIC global tahun 2027 diperkirakan mencapai USD270 miliar atau sekitar Rp4.000 triliun, sedangkan nilai pasar Indonesia saat ini baru mencapai Rp20 triliun,” ungkap Arifin di Jakarta, Kamis (13/7).
Bersamaan dengan penawaran umum saham, Perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 235.714.300 Waran Seri I senilai Rp76,37 miliar dengan rasio 4 berbanding 1. Setiap pemegang empat saham baru akan memperoleh satu waran dengan harga pelaksanaan Rp324 selama periode 9 Februari 2024 – 8 Agustus 2025.
Direktur MUTU International Irham Budiman mengatakan, Perseroan berpeluang besar memanfaatkan perkembangan pasar karbon karena potensinya sangat besar. Nilai perdagangan karbon di masa yang akan datang diperkirakan mencapai Rp8.400-an triliun.
“Ke depan, sektor inilah yang akan terus dikembangkan oleh MUTU, termasuk mempersiapkan skema untuk masuk ke dalam ekosistemnya, karena saat ini tren green economy tidak hanya sebatas gas rumah kaca (GRK), melainkan juga berkembang memasuki ekonomi sirkular seperti water footprint, plastik dan lain-lain,” ucap Irham.
Sementara, Direktur MUTU International Sumarna menjelaskan, dari sisi kinerja keuangan, MUTU mencatatkan performa yang solid hingga akhir tahun 2022. Hal ini terlihat dari realisasi pendapatan Perseroan yang berhasil tumbuh signifikan yaitu mencapai Rp281,82 miliar di tahun 2022, naik sekitar 24,47% dibandingkan tahun 2021 yang tercatat Rp 226,41 miliar.
“Laba tahun berjalan Perseroan di tahun 2022 juga melonjak 90,38% menjadi Rp36,78 miliar, dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 19,32 miliar,” beber Sumarna.
Segmen Pertambangan
Di sektor pertambangan, MUTU lewat anak usahanya, PT Jasa Mutu Mineral Indonesia (Jammin), merupakan satu dari sembilan lembaga TIC di bidang batu bara dan nikel yang memiliki izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perdagangan.
Tingginya potensi usaha Jammin tergambar dari besarnya industri pertambangan batu bara dan nikel Indonesia. Hingga tahun 2022, Indonesia merupakan negara penghasil batu bara nomor tiga sekaligus penghasil nikel nomor satu di dunia.
Di komoditas batu bara, jasa yang ditawarkan perusahaan di antaranya coal quality monitoring, pre shipment inspection, coal superintending, coal analysis, stock opname dan marine survey,
“Sementara untuk sektor green economy, MUTU akan berfokus pada bursa karbon Indonesia yang baru akan diluncurkan September mendatang,” beber dia.
Sebagai informasi, layanan yang diberikan MUTU International terkait Pengujian adalah laboratorium uji dan laboratorium kalibrasi. Terkait Inspeksi, perusahaan melayani kegiatan Survey General Cargo, Survey Palm Oil & turunannya, Marine Survey, Mineral Mining Survey, Oil & Gas Survey, Survey Kayu Olahan, Inspeksi Teknis dan lain-lain.
Terkait Sertifikasi, perusahaan mengeluarkan 84 jenis sertifikat yang terdiri dari ISO 9001, ISO 14001, ISO 37001, ISO 27001, ISO 21001, ISO 35001, ISO 45001, SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, CARB (California Air Resources Board), US EPA, CE European Conformity Marking, JAS (Japan Agricultural Standard), QMARK (marine Plywood), SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian), Verified Legal, FSC (Forest Steward Council) dan lain-lain.