Jakarta,TAMBANG, Kinerja kinclong kembali ditunjukkan PT Bukit Asam,Tbk (PTBA) dalam paruh pertama tahun 2021. Anggota dari holding BUMN Pertambangan MIND ID berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,8 triliun. Dibanding periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar Rp 1,3 triliun atau naik 38%.
Pencapaian laba bersih didukung pendapatan yang meningkat 14% dibanding smester I tahun lalu. Di paruh pertama tahun ini PTBA sukses meraup pendapatan sebesar Rp 10,3 triliun sementara semester I tahun lalu sebesar Rp 9,0 triliun.
Kenaikan kinerja ini seiring dengan pemulihan ekonomi global maupun nasional yang mendorong meningkatnya permintaan batu bara. Hal ini mendorong kenaikan harga batu bara yang mana pada 30 Juni sudah menyentuh level USD 134,7 per ton.
Dari sisi operasional, produksi batu bara di semester I tahun ini mencapai 13,3 juta ton dengan penjualan sebanyak 12,9 juta ton. Perseroan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 25 juta ton pada 2020 menjadi 30 juta ton pada 2021.
Manajemen juga memastikan kegiatan operasional pertambangan dijalankan dengan protokol kesehatan yang ketat. Sehingga aktivitas produksi dan penjualan dapat berjalan optimal dan aman.
Selain kegiatan penambangan, perusahaan yang mengusung tagline Beyond Coal ini juga menjadi pionir dalam proyek gasifikasi. Terkait dengan itu pada 17 November 2020, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Perpres 109 Tahun 2020. Beleid ini memasukan dua proyek milik perusahaan masuk menjadi Proyek Strategis Nasional. Kedua proyek tersebut adalah Hilirisasi Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan Kawasan Industri – Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) – Tanjung Enim.
Selain itu terkait dengan proyek hilirisasi batu bara ini PTBA, Pertamina, dan Air Products & Chemicals Inc (APCI) telah menandatangani amandemen perjanjian kerja sama pengembangan Dimethyl Eter (DME) yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat.
Pada kesempatan yang sama, juga dilakukan penandatanganan Perjanjian Pengolahan DME yang menjadi bagian dari kerjasama pengembangan DME tersebut. Proyek Strategis Nasional ini akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun, dengan mendatangkan investasi asing dari APCI sebesar USD 2,1 miliar atau setara Rp 30 Triliun.
Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan. Selain itu,kerja sama ini menjadi portofolio baru bagi perusahaan yang tidak lagi sekadar menjual batu bara, tetapi juga mulai masuk ke produk-produk hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah.
Kemudian ada juga PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2×620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai USD 1,68 miliar. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.
Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara pertahun ini telah mencapai penyelesaian proyek sebesar 88,15% per Juli 2021. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal I- 2022.
PTBA juga cukup aktif melakukan diversifikasi usaha dengan merambah ke pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT). Ini dilakukan dengan pengembangan PLTS. Salah satu bukti yakni Commercial Operation Date (CoD) PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerjasama dengan PT Angkasa Pura II (Persero). PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020.
PTBA berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan paska tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin-Sumatera Barat, Tanjung Enim-Sumatera Selatan, dan Bantuas-Kalimantan Timur. Masing-masing lahan paska tambang akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW. Saat ini PLTS sedang dalam tahap pembahasan dengan PLN untuk bisa menjadi Independent Power Producer (IPP) dan ditargetkan masuk pada 2022.
Angkutan Batubara
PTBA juga punya program Pengembangan Kapasitas Angkutan Batu Bara dengan Pelindo II. PTBA telah menandatangani Head of Agreement (HoA/Perjanjian Induk) dengan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk pengembangan kapasitas angkutan batu bara dan/atau komoditas lainnya melalui sungai dan pelabuhan di Sumatera Selatan.
Kerjasama pengembangan angkutan batu bara ini dilakukan untuk menyukseskan tujuan pembangunan koridor ekonomi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional.
Selain itu PTBA juga bermitra dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 72 juta ton/tahun pada tahun 2026. Di dalamnya termasuk jalur baru yang terdiri dari Tanjung Enim – Arah Utara. Kapasitas angkut 20 juta ton/tahun, beserta fasilitas dermaga baru Kramasan yang dibangun oleh PT KAI dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2024
Selain itu kapasitas angkut 5 juta ton per tahun telah berhasil dioperasikan pada Dermaga Kertapati sejak Triwulan I-2020 dan akan ditingkatkan menjadi kapasitas 7 juta Ton pada kuartal tahun 2021.
Lalu jalur Tanjung Enim – Arah Selatan. Pelabuhan Tarahan-1, pengembangan kapasitas jalur eksisting menjadi 25 juta ton/tahun dengan COD kuartal tahun 2021. Untuk mendukung kerja sama pasokan batu bara jangka panjang ke PT PLN (Persero), maka dilakukan pengembangan angkutan batu bara ke arah Perajen sebagai pengganti pengembangan angkutan batu bara ke Tarahan-2 dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan direncanakan beroperasi pada kuartal III tahun 2026.