Jakarta, TAMBANG – Hingga penghujung tahun 2018, sektor batu bara masih memiliki peranan besar dalam pemenuhan energi dan perekonomian di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi Mineral, Batubara dan Listrik, Boy Garibaldi Thohir, mengatakan, batu bara Indonesia dikenal sebagai batu bara yang ramah lingkungan di dunia yang diterapkan pada pembangkit listrik. Karena itu, peran batu bara masih dibutuhkan di masa depan dan juga memberikan pendapatan negara cukup besar melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Tentunya kita harapkan, hal ini dapat didukung dengan kebijakan dan regulasi yang tepat agar pemanfaatan batu bara bisa berkembang di masa depan,” kata Garibaldi Thohir saat acara ‘IEA Coal Forecast to 2023’ di Jakarta, Selasa (18/12).
Meski di tengah harga yang fluktuatif, akibat kebijakan impor pemerintah China, Boy memproyeksikan outlook batu bara positif. Hal ini didukung dengan meningkatnya permintaan dari Indonesia dan negara-negara Asia khususnya ASEAN dan Asia Selatan.
Indonesia juga memiliki posisi geografis strategis untuk pasar negara-negara berkembang seperti China dan India. Berdasarkan data IEA, permintaan batu bara global akan stagnan hingga 2022 dan kondisi tersebut juga mempengaruhi permintaan batu bara di China yang menurun secara perlahan.
Selain itu, dikatakan Boy, terkait dengan penerimaan negara. berdasarkan data dari Kementerian ESDM, per 13 September 2018, PNBP minerba mencapai Rp33,55 triliun. Jumlah tersebut telah melampaui target PNBP tahun 2018 yang dipatok sebesar Rp32,09 triliun atau sudah terealisasi 104,5 persen. Proporsi PNBP tersebut 70 persen berasal dari batu bara, sedangkan 30 persennya disumbang dari sektor mineral.