Beranda Tambang Today Sah, Implementasi B20 Dimulai

Sah, Implementasi B20 Dimulai

Menko Perekonomian Darmin Nasution, MEnteri BUMN Rini Soemarno dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati saat Meresmikan Penerapan B20, Jumat (31/8)

Jakarta, TAMBANG – Pemerintah resmi memberlakukan implementasi bahan bakar nabati berupa biodiesel, yaitu solar dicampur minyak sawit dengan kadar 20 persen (B20), hari ini, Sabtu (1/9).

 

Implementasi dilakukan dengan pelepasan balon Merah Putih dan aksi mengisi tanki kendaraan dengan B20. Pejabat yang hadir diantaranya Menteri BUMN Rini Soemarno, Sekretaris Menteri ESDM Igo Syahrial, Direktur Pertamina Nicke Widyawati, Dirjen EBTKE Rida Mulyana, dan Menko perekonomian Darmin Nasution.

 

Dalam sambutannya, Darmin menjelaskan beberapa hal. Setidaknya ada lima hal yang jadi sorotan utamanya.

 

Pertama, mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. Dengan mencampur minyak sawit pada solar, maka akan menurunkan aktivitas impor minyak mentah. Sebab, kondisi ketersediaan sawit di Indonesia sedang melimpah.

 

“Saya ingin menekankan kebijakan ini mendorong ekspor dan memperlambat impor, dalam rangka menyehatkan neraca kita,” beber Darmin sebelum melepaskan balon Merah Putih di Lapangan Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (31/8).

 

Ia menegaskan, target pemerintah sejauh ini hanya ingin mengurangi, bukan menghilangkan defisit transaksi. Pasalnya, situasi saat ini belum memungkinkan Indonesia untuk mampu menghilangkan defisit tersebut.

 

Situasi perekonomian yang masih sepi investor diduga jadi permasalahan utama. Di sisi hulu perekonomian, yang membutuhkan investasi tinggi, belum mampu menarik minat penanam modal.

 

Sejumlah industri besar yang sisi hulunya belum dilirik, menurut Darmin, yaitu pengahasil besi dan baja, petrokimia, serta farmasi.

 

“Kenapa targetnya hanya dikurangi, sejak dulu defisit transaksi kita negatif. Karena banyak ekonomi yang belum dimasuki investor di hulunya, penghasil besi dan baja, petrokimia, farmasi,” kata Darmin.

 

Kedua, menggenjot devisa. Di tengah keadaan rupiah yang sedang tertekan oleh dolar, pemerintah mencanangkan segenap upaya untuk bisa mengejar. Salah satu upaya itu adalah implementasi B20. Pengurangan penggunaan solar juga akan berimbas pada sumbangan devisa negara.

 

“Kita bisa menghemat. Masih menghemat devisa sekitar USD 2,23 miliar sampai akhir tahun,” Beber Darmin.

 

Ketiga, mengerek harga sawit. Harga semua komoditas bergantung pada prinsip supply-demand. Demikian pula sawit. Kini, stok sawit sedang melimpah, lebih tinggi dari pada permintaan pasar. Bila stok tidak terserap maksimal, maka awal tahun depan harga sawit akan jatuh.

 

Implementasi B20 tentu akan membuka pasar baru di dalam negeri bagi komoditas sawit. Bahkan Darmin optimis, berkat B20, harga sawit akan terkerek di tahun depan.

 

“Bagaimana ini yang seharusnya diekspor kok malah dibiarkan di dalam negeri. Ini stok kita tinggi. Kalau dibiarkan, bukan ekspor yang naik, tapi harganya yang jatuh,” tegas Darmin.

 

Keempat, konsistensi penerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Sebagaimana diketahui, TKDN ini tidak hanya berlaku pada produk dari industri elektronik, garmen, tekstil, dan mainan, tapi ia juga diberlakukan pada industri sektor energi.

 

Kelima, ramah lingkungan. Bukanlah hal yang asing, kalau bahan bakar nabati merupakan bagian dari energi terbarukan. Bahan bakar nabati bisa dibuat tidak hanya dari sawit saja, tapi bisa juga tanaman jarak, singkong, dan lain sebagainya.

 

Untuk diketahui, implementasi ini berlaku bagi seluruh pengguna solar, baik yang Public Service Obligation (PSO) atau non-PSO.