Jakarta,TAMBANG,-PT Timah,Tbk (TIN) melaksanakan reklamasi laut lewat kegiatan melepaskan ratusan anakan cumi. Kegiatan ini yang dilaksanakan di Pantai Tikus Emas, Kabupaten Bangka ini merupakan bagian dari restocking cumi.
Restocking cumi ini dikembangkan dengan konsep anak cumi yang dilepaskan berasal dari telur cumi yang menempel pada fish shelter yang ditenggelamkan PT Timah. Telur Cumi ini kemudian ditetaskan di wadah terkontrol yang telah disiapkan, setelah menetas anakan cumi ini kembali dilepaskan ke laut.
Restocking cumi perlu dilakukan lantaran, telur cumi yang menempel di fish shelter rentan untuk dimangsa predator sehingga tidak bisa menetas dan/atau tingkat mortalitasnya tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan restocking cumi sehingga telur cumi bisa menetas dan populasi cumi bangka semakin meningkat.
Dalam melaksanakan restocking cumi, PT Timah bekerjasama dengan Universitas Bangka Belitung dan Yayasan Sayang Babel Kite. Dalam melaksanakan reklamasi laut ini, PT Timah juga melibatkan masyarakat nelayan.
Menurut Kelompok Perlindungan Lingkungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Minerba pada Ditjen Minerba Kementerian ESDM restocking ini merupakan program berkelanjutan yang masih dalam satu siklus dari reklamasi laut yang dilakukan PT Timah.
“Telur cumi yang diambil dari lokasi fish shelter yang sebelumnya ditenggelamkan PT Timah, kemudian ini ditetaskan di darat, lalu dilepaskan lagi ke laut. Hal ini merupakan satu siklus program reklamasi yang dilakukan secara continue. Ini hal yang sangat baik, mungkin ini pertama di Babel bahkan di Indonesia dan kita apresiasi kepada PT Timah dan tim,” ujar Kelompok Perlindungan Lingkungan, Direktorat Teknik dan Lingkungan Minerba pada Ditjen Minerba Kementerian ESDM.
Pihaknya berharap, melalui program ini nantinya dapat berlanjut dan bisa menjadi contoh sinergisitas antara penambangan, pariwisata dan kelautan perikanan.
“Kita berharap ini bisa dilakukan secara continue dan terus berkembang, kita apresiasi juga tim akademisi yang telah turut melaksanakan ini dan juga pengusul KEK yang telah bersedia anakan cumi dilepaskan di kawasan ini,” sambungnya.
Sementara itu, Pengusul KEK PT Pantai Timur Sungailiat Alexander Lie mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya kegiatan pelepasan anak cumi di Pantai Tikus Emas yang merupakan salah satu kawasan yang diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata .
“Tentu ini baik dan ini sinergi yang baik antara pertambangan dan pariwista, kami berharap ini berkelanjutan dan banyak hal bisa dikerjakan bersama. Kalau ada kerjasama ini tentunya ini akan membantu mempercepat kawasan ini ditetapkan menjadi kawasan KEK, kita berharap terus ada sinergi seperti ini dengan PT Timah,” ujar Alexander.
Sementara itu, Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Tbk, Anggi Siahaan mengatakan restocking cumi ini merupakan upaya untuk pengkayaan populasi cumi bangka, dengan semakin banyaknya cumi bangka diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan.
Ini merupakan pertama kalinya PT Timah melepaskan anakan cumi ini, pasalnya program restocking cumi ini baru dilaksanakan tahun ini. PT Timah menargetkan tahun ini akan mersetocking sekitar 20 ribu anakan cumi. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya artificial reef yang ditenggelamkan PT Timah.
“Restocking cumi ini kelanjutan dari artificial reef yang kita tenggelamkan beberapa waktu lalu. Untuk sementara ini baru jenis cumi Bangka, karena kan ini telur cumi yang diambil dari fish shelter yang ditenggelamkan, daripada telur cumi di makan ikan buntal atau predator lainnya, jadi kita ambil tetaskan dulu di darat baru nanti dilepaskan lagi,” lanjut Anggi.
Ke depan, kata dia untuk mendukung pariwata bawah laut, PT Timah juga akan mengkreasikan bentuk artificial reef yang akan ditenggelamkan sehingga akan banyak wisatawan tertarik untuk snorkeling dan/atau diving di kawasan artificial reef.
“Khusus untuk program restocking cumi ini kita ingin melestarikan cumi yang ada di Bangka, karena kualitas yang bagus dibandingkan di daerah lain, harapan kami dengan semakin banyak fish sehelter yang kita buat mudah-mudahan cumi yang bertelur akan semakin banyak sehingga jumlah yang kita restocking juga semakin banyak, tidak hanya 20 ribu pertahun tapi bisa meningkat,”kata Anggi lagi.
Ia pun berharap, nantinya restocking cumi ini juga bisa bermanfaat bagi masyarakat dan mungkin juga dimanfaatkan akademisi untuk mengembangkan penelitian terkait reklamasi laut maupun restocking cumi.
“Kita berharap terus bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan stakeholder terkait sehingga reklamasi laut yang kita laksanakan ini dapat memperbaiki ekosistem dan juga bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Tingkat Keberhasilan Penetasan Capai 80 Persen
Dosen Kelautan Perikanan Universitas Bangka Belitung, Indra Ambalika Syari yang juga tim bagian dari restocking cumi mengatakan, restocking cumi yang dilakukan PT Timah terbilang berhasil. Menurutnya, memang masih ditemui beberapa kendala seperti pakan, namun hal ini bisa diatasi dan terus diteliti.
“Anakan cumi yang kita lepas sekitar 250 ekor anakan cumi, sebetulnya sebelumnya sudah menetas sekitar 2000 ekor. Total presentase yang menetas lebih dari 80 persen dari potensi telur yang kita dapat, tingkat keberhasilan penetasan sekitar 80 persen,” terang Indra.
Ia menjelaskan, anakan cumi yang dilepas berukuran sekitar 5-7 mili, anakan cumi ini sengaja dilepaskan saat masih berukuran kecil sehingga tahap penyesuaian dengan habitat alaminya lebih cepat dan akan lebih survive dibandingkan jika dilepas saat sudah berukuran besar.
“Kalau dilepaskan saat masih kecil, kemampuan untuk bisa bertahan hidup dan menyesuaikan habitat alaminya lebih cepat. Kalau dilepaskan saat sudah besar ini berpotensi tidak bisa bertahan lama, karena biasanya kan makananya sudah ada. Kalau masih kecil sudah kita lepaskan di lait lebih survive,” lanjutnya.
Menurutnya, pihaknya sengaja memilih telur cumi yang sudah tua untuk ditetaskan di wadah terkontrol, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menetas hanya sekitar 1-2 minggu.
“Kita juga nantinya akan melakukan monitoring untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilannya, terutama untuk yang aritificial reef. Ini akan dilakukan sepanjang tahun karena lokasi telur cumi ini ada di artificial reef. Tahun ini targetnya 20 ribu anakan cumi, ini setiap tahun akan bertambah,”kata Indra.
Dengan adanya restocking cumi ini diharapkan, cumi bangka semakin lestari, nelayan bisa menangkap dan bisa menjadi hasil tangkapan utama nelayan karena memang nilai ekonomisnya tinggi. Produksi cumi bangka juga akan semakin meningkat. Kedepan, juga bisa dijadikan kawasan wisata tempat cumi bertelur.
“PT Timah menjadi contoh reklamasi laut bagi kegiatan penambangan di Indoensia, sudah melakukan reklamasi dengan membuat habitat rumah ikan melalui artificial reef, lalu dilanjutkan dengan pengkayaan populasi dan ini perdana,” pungkas Indra.