Jakarta,TAMBANG, PT Timah,Tbk, (TINS) punya cara sendiri dalam membantu siswa penerima beasiswa pendidikan yang melaksanakan pendidikan jarak jauh. Secara khusus siswa yang bersekolah di SMAN 1 Pemali. Di asrama, anak anak ini selain mengikuti pembelajaran juga ada kegiatan softskill yang diberikan untuk menambah ketrampilan mereka.
Di tengah pandemi, para siswa tetap belajar di asrama dengan mengikuti protokol kesehatan dan meminimalisir keluar masuk asrama. Beragam kegiatan dirancang agar para siswa dapat belajar dengan nyaman melalui daring.
Diantaranya dengan memberi tambahan pengetahuan soft skill. Tujuannya agar siswa-siswa ini tidak hanya punya kemampuan intelektual tetapi juga punya keterampilan dan karakternya. Diharapkan nantinya akan menjadi bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan di perguruan tinggi.
“Para siswa tidak dipulangkan, karena kondisi sekarang rawan untuk keluar daerah. Dengan mereka tetap belajar di asrama banyak hal yang bisa mereka lakukan untuk meningkatkan soft skillnya sehingga tetap produktif,” terang Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah, Tbk, Anggi Siahaan.
Ada beberapa pilihan kegiatan yang disiapkan mulai dari merajut, latihan keterampilan, bertani, memasak dan kantin kejujuran, pengolahan limbah menjadi barang layak pakai dan pelatihan kerajinan pewter.
Untuk kegiatan berkebun, para siswa memanfaatkan lahan di sekitar asrama seluas 15×8 meter. Di sini mereka diajarkan cara mengelola kebun di lahan sempit. Para siswa menanam tanaman holtikultura seperti kacang, timun, jagung dan beberapa jenis tanaman lainnya.
Kegiatan mengelola kebun ini sudah dijalankan sejak tahun lalu saat pandemi mulai masuk ke Babel. Memanfaatkan lahan yang tidak produktif ini, para siswa ini tidak hanya sekadar berkebun tetapi juga mempratikkan teori yang didapatkan dari para penyuluh.
“Berkebun ini kan salah satu dan ini potensial untuk dikembangkan, ilmu ini nantinya bisa terapkan di rumah juga. Dengan mengusung konsep pojok tani, para siswa ini dibekali teori dulu oleh pembina pertanian lalu praktikan langsung di situ,” lanjut Anggi.
Semula para siswa hanya menanam jagung dan cabai dengan sistem tumpang sari, lalu berganti dengan tanaman timun dan kacang. Hasil panen ini dijual kepada bagian dapur asrama.
Anggi berharap, ketrampilan menjadi bekal bagi para siswa yang bisa dikembangkan di masyarakat. “Beasiswa PT Timah tidak hanya melihat kemampuan intelektual saja, melainkan juga diajarkan untuk mengasah soft skill sehingga nantinya mereka memiliki bekal ilmu dan ini bisa ditularkan ke masyarakat di lingkungan sekitar,” tandas Anggi.
Salah satu siswa, Deswi Andini mengaku dirinya belum pernah mencoba langsung bertani menanam sayur. Dengan adanya pembinaan dan praktik langsung, Ia bersama teman-temannya bisa menanam berbagai jenis sayuran.
“Kami diajarkan berkebun, sebelumnya saya enggak tahu bagaimana menanam sayur. Saya dan teman-teman sudah melakukan penanaman buncis, jagung, kangkung dan sayuran lainnya. Sebelumnya saya tidak tau cara menanam, sekarang saya jadi tau cara dan triknya, kemampuan saya jadi bertambah,” ungkap Deswi.
Dirinya beruntung bisa mendapatkan beasiswa pendidikan dari PT Timah, pasalnya tidak hanya diajarkan secara akademik, namun juga diajarkan keterampailan lainnya.
Hal yang sama disampaikan Dalfina. Siswa kelas XI mengaku dirinya mendapatkan pelajaran langsung untuk menjadi wirausaha melalui kantin kejujuran yang mereka jalankan. Selain memenuhi kebutuhan makanan ringan para siswa, mereka juga belajar managemen mengelola keuangan.
“Banyak pengalaman yang kami dapatkan dari mengurus kantin kejujuraan ini, saya belajar dasar-dasar kewirausahaan, belajar managemen keuangan karena memikirkan modal agar bisa kembali. Dari kantin kejujuran ini siswa dilatih karakternya untuk bisa jujur,” tutur Dalfina.