Jakarta,TAMBANG,-PT Timah,Tbk (TINS) Bersama Alobi Foundation dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan kembali merilis satwa ke habitat aslinya. Kali ini ada delapan ekor satwa yang dilepasliarkan di Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan, Sumatera Selatan, Sabtu (22/10/2021).
Adapun satwa-satwa yang dilepasliarkan yakni dua ekor elang bido (spilornis chela), dua ekor elang bondol (Haliartus Indus), satu ekor elang paria (milvus migran), dan dua ekor kukang sumatera (nycticebus coucang) dan satu ekor burung betet.
Kegiatan pelepasliaran satwa ini dihadiri Direktur Keuangan PT Timah Tbk, Wibisono, Kepala BKSDA Sumsel Ujang Wisnu Barata, Manajer PPS ALOBI Endy R Yusuf dan tamu lainnya.
Delapan Ekor satwa yang dilepasliarkan tersebut merupakan satwa translokasi dari PPS Tegal Alur Jakarta yang telah direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi di Kampoeng Reklamasi Air Jangkang. Satwa-satwa ini dilepasliarkan di Sumatera Selatan karena memang merupakan di sana habitat aslinya.
PT Timah,Tbk mendukung penuh aktifitas PPS sebagai komitmen perusahaan untuk menjaga kelestarian satwa dan keberlanjutan ekosistem. Bahkan, emiten Berkode TINS ini terlibat aktif dalam perilisan satwa yang dilakukan bersama Alobi dan BKSDA Sumatera Selatan.
Manager PPS Alobi Foundation, Endy R Yusuf mengatakan, satwa ini telah dinyatakan layak untuk dirilis ke habitat aslinya. Satwa ini tidak dilepaskan di Bangka Belitung karena tidak sesuai dengan endemic aslinya yang berpotensi tidak sesuai dengan ekosistem. Sebut saja Kukang Sumatera tidak bisa dilepasliarkan di Bangka Belitung.
Endy juga menegaskan pelepasliaran ini dukung PT Timah,Tbk tidak hanya saat kegiatan pelepasliaran tetapi juga sejak dilakukan rehabilitasi. PT Timah,tbk menurutnya berkomitmen dan konsisten dalam upaya melakukan rehabilitasi satwa terutama di PPS Alobi Air Jangkang.
“Banyak sekali dukungannya, ALOBI dalam melaksanakan tugas di PPS juga disupport penuh oleh PT Timah,Tbk dengan menjadi sponsorship utama mulai dari menyediakan lahan, sarana dan prasarana seperti kandang, operasional, pakan hewan dan lainnya. PT Timah Tbk menyediakan 37 kandang untuk rehabilitasi satwa,” terang Endy.
Sejak berdiri PPS Alobi tahun 2018 sudah hampir 500 satwa yang direhabilitasi di PPS. Namun, sekitar 400 lebih satwa sudah dirilis ke habitat aslinya karena dinilai sudah memiliki kembali insting liarnya. Saat ini satwa yang sedang direhabilitasi di PPS sebanyak 103 siswa yang terdiri dari berbagai jenis.
“Sampai saat ini, PT Timah,Tbk masih sangat mendukung yayasan ALOBI untuk konservasi satwa liar di Babel. Dimana PPS Alobi ini memiliki cakupan wilayah Bangka Belitung dan Sumatera Selatan dan ini satu-satunya di Wilayah Sumatera,” jelasnya.
Endy tak memungkiri baru PT Timah,Tbk yang konsisten dalam aktifitas dukungan terhadap pelestarian satwa liar. Ia menyebutkan, PPS yang dikelola PT Timah,Tbk bersama Alobi merupakan pilot project PPS yang didukung penuh perusahaan. Kedepan, Ia berharap akan semakin banyak perusahaan yang tergerak untuk mecontoh apa yang telah dilakukan PT Timah,Tbk.
“Ini bisa dibilang pilot project PPS yang dilkelola NGO lokal bersama perusahaan BUMN, karena PPS yang ada Indonesia dikelola pihak asing. Kita juga mendorong perusahaan pertambangan lainnya di Babel utuk melakukan hal yang serupa karena aktivitas pertambangan ini kan bersinggungan dengan lingkungan,” sebutnya.
Pihaknya dalam berbagai kesempatan kerap menyampaikan kepada publik bahwa PT Timah,Tbk menjadi salah satu perusahaan yang cukup concern dengan konservasi satwa liar.
“Dalam setiap kesempatan kami berupaya menjelaskan BUMN PT Timah salah satu perusahana yang mendukung kosnervasi satwa liar, karena ini jarang dan mungkin pertama, ini kita terus mempromosikan untuk mendukung LSM lokal dalam konservasi satwa. Biar akan semakin banyak perusahaan melakukan hal ini,” lanjut Endy.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Ujang Wisnu Barata menyampaikan apresiasinya kepada PT Timah,Tbk yang telah bermitra dengan ALOBI dalam membantu pihaknya dalam melakukan konservasi satwa liar.
Menurutnya, PT Timah sudah lama menunjukkan kepeduliannya terhadap satwa. Hal ini terlihat dari BUMN tambang timah ini telah mengantongi izin penangkaran rusa. Kemudian sejak tahun 2018 silam PT Timah memberikan dukungan penuh terkait Pusat Penyelamatan Satwa.
“Kita dengan PT Timah sudah sering berinteraksi, PT Timah punya izin penangkaran, dan mitra kita Yayasan Alobi itu bermitra dengan PT Timah sebagaimana kita ketahui perusahaan ini sangat mendukung sekali kegiatan Alobi dalam penyelematan dan rehabilitasi satwa hingga merilis satwa kembali ke habitatnya. Kita mengapresiasi hal ini,” katanya.
Menurutnya, pihaknya akan menyerahkan penghargaan kepada PT Timah Tbk dalam acara pelepasliaran kali ini, hal ini sebagai bentuk apresiasi PT Timah yang telah menunjukkan kepeduliannya dalam menjaga satwa.
Diakuinya, memang tak banyak perusahaan pertambangan yang punya kepedulian dan fokus terhadap pelestarian satwa. Menurutnya, apa yang dilakukan PT Timah Tbk ini telah membantu pihaknya.
“Enggak banyak perusahaan tambang punya kepedulian yang seperti ini dan ini bagus karena fokus pada satu hal pelestarian satwa liar. Sehingga sangat membantu BKSDA Sumsel, apalagi kerjasama Alobi dengan PT Timah Tbk itu meliputi rescue, rilis, edukasi, campaign kepada masyarakat. Dengan begini, PT Timah Tbk tidak hanya membantu menyelamatkan satwa tapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga satwa untuk keberlangsungan ekosistem,” katanya.
Menurutnya, apa yang telah dilakukan PT Timah,Tbk bersama Yayasan Alobi ini memberikan dampak yang luas bagi masyarakat, keberlangsungan ekosistem.
“Dampak cukup besar terutama tentang edukasi masyarakat, kenapa satwa itu harus dikembalikan ke habitatnya, jangan dipelihara. Ini yang perlu dilakukan bersama untuk mengedukasi masyarakat sehingga munculnya kesadaran, dan sekarang ini sudah mulai timbul kesadarannya. Kita ini tidak hanya menjaga kelestarian satwa tapi juga mempertahankan ekosistem,” sebutnya.
Tak mudah memang kata dia, banyak tantangan yang dihadapi misalnya masih adanya perburuan liar, perambahan kawasan konservasi, dan lain tumpang tindih lahan yang menyebabkan terganggunya ekosistem yang berdampak pada satwa.
“Ini tugas kita bersama untuk menjaga dan mempertahankan peran satwa dalam satu ekosistem, karena setiap satwa itu memiliki perannya masing-masing,” tutupnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Timah Tbk, Wibisono menyampaikan komitmen PT Timah Tbk dalam menjaga kelestarian satwa dan konservasi lingkungan. Hal ini sejalan dengan upaya perusahaan dalam melaksanakan penambangan terintegrasi dengan menerapkan prinsip Good Mining Practices.
“PT Timah berkomitmen terhadap keberlangsungan, kelestarian dan konservasi satwa dan hayati yang menjadi bagian dari budaya perusahaan,” ujarnya.
“Satwa memiliki peran yang penting dalam menjaga keberlangsungan ekosistem, sehingga memang sudah sepatutnya kita untuk bisa menjaga dan melestarikannya,” tandasnya.