Jakarta, TAMBANG – Proyek Strategis Nasional (PSN) Jambaran Tiung Biru (JTB) yang terletak di Desa Bandungrejo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur siap gas in pada bulan Juli 2022. Persiapan telah memasuki tahap akhir, terutama memastikan standar keselamatan migas sudah terpenuhi.
“Untuk gas in masih ada sedikit yang perlu diperbaiki, dipastikan safety-nya. Kita tunggu beberapa hari lagi ini dan semoga bisa diselesaikan masalah tersebut untuk kemudian gas in dilakukan,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji dalam kunjungan kerja ke Proyek Jambaran Tiung Biru, Rabu (13/7).
Turut serta dalam kunker ini, Deputi 1 Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Febry Calvin Tetelepta, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Mustafid Gunawan dan Direktur Pembinaan Program Migas Dwi Anggoro Ismukurnianto, Tenaga Ahli KSP Hageng Suryo Nugroho, serta Dirut PT Pertamina EP Cepu Awang Lazuardi.
Menurut Tutuka, saat ini semua peralatan atau instalasi migas di Proyek JTB telah terpasang di lapangan. Namun masih ada aspek keselamatan migas yang perlu dipastikan lagi. “Terkait safety itu harus dipastikan dan di industri migas, safety itu nomor satu,” tambah Tutuka.
Sebagai informasi, gas in merupakan tahap awal pembuktian bahwa equipment dan instalasi terintegrasi dengan baik, serta pelaksanaannya yang tetap memperhatikan keselamatan migas.
Setelah gas in berjalan lancar, tahap berikutnya adalah gas on stream. “Usai dipastikan peralatan berfungsi baik, baru kemudian gas on stream. Masih butuh beberapa waktu lagi,” kata Tutuka yang dalam peninjauannya ke lapangan sempat memimpin doa agar proyek ini dapat beroperasi dengan baik.
Pemerintah mengapresiasi PT Pertamina EP Cepu (PEPC) atas pencapaiannya di mana JTB berhasil dibangun oleh anak bangsa. Selain itu, faktor keselamatan migas juga menjadi salah fokus utama karena sejak 2017 tidak terjadi kecelakaan kerja.
“Kita mengapresiasi setinggi-tingginya PT Pertamina dan PT Pertamina Cepu. Kita akan terus bekerja sama untuk bisa melaksanakan gas in berjalan dengan baik dan selanjutnya pengiriman gas dari JTB ke industri dan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan,” ujar Tutuka.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi 1 Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Febry Calvin Tetelepta menyampaikan, JTB merupakan proyek yang strategis karena dengan proyek JTB ini suplai gas di Jawa untuk industri dapat berjalan dengan baik. “Oleh sebab itu, secara khusus kami memberikan apresiasi kepada PEPC, maupun Rekind dan SKK Migas yang telah bekerja dengan sangat serius. Sehingga pada bulan Juli ini gas in dan pada bulan Agustus bisa on stream,” ungkapnya.
Direktur Utama PEPC Awang Lazuardi menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan yang terus diberikan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Migas dan KSP dalam menyukseskan Proyek JTB ini.
Terkait keselamatan, menurut Awang, JTB selalu mengedepankan aspek safety. Dirinya selalu menekankan kepada timnya untuk senantiasa mengedepankan keselamatan setiap tahap pekerjaan menuju on stream.
“Jangan mengorbankan safety untuk sekedar mengejar produksi. Tapi kita tetap mencoba best effort untuk perbaikan-perbaikan ke depan,” ujar Awang.
Proyek JTB diproyeksikan menjadi sumber energi untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat dan industri, serta kelistrikan khususnya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Lapangan ini dapat memproduksi raw gas sebesar 315 MMSCFD dan kondensat 2700 bcpd. Selain itu, masih ada potensi tambahan produksi hingga 20 MMSCFD, sehingga terdapat peningkatan produksi penjualan sales gas dari 172 MMSCFD menjadi 192 MMSCFD.