Tuban, TAMBANG – PT Pertamina International Shipping (PIS) memastikan proyek pembangunan Terminal LPG Refrigerated Jatim – Tuban berjalan sesuai dengan target atau on track.
Tahap pertama proyek pembangunan Terminal LPG Refrigerated Jatim – Tuban, telah rampung akhir tahun lalu. Terminal LPG yang termasuk dalam proyek strategis Pertamina ini tengah memasuki pembangunan tahap dua, dan siap untuk memasok 40% pasokan LPG nasional di 2026 mendatang.
CEO PIS, Yoki Firnandi memaparkan proyek Terminal LPG Tuban dikelola anak usaha PIS, yakni PT Pertamina Energy Terminal (PET) yang diberikan mandat untuk mengelola terminal-terminal energi strategis di Indonesia.
“Salah satunya adalah terminal LPG Tuban, yang ke depannya memegang peranan besar dalam ketahanan energi karena akan melayani sebanyak 40% permintaan LPG nasional khususnya untuk area Indonesia bagian timur,” ujar Yoki dalam keterangan tertulis yang diterima tambang.co.id, Rabu (20/9).
Progres pembangunan terminal, kata Yoki, bahkan lebih cepat dari target. Terminal dengan kapasitas mencapai 93.000 MT dibangun dengan bertahap, di mana tahap pertama berlangsung di 2019 hingga akhir tahun lalu untuk proses persiapan lahan dan tangki.
Dilanjutkan ke tahap 2 yang dimulai sejak Februari lalu, dengan skema kerja sama operasi (KSO) bersama dengan PT Wijaya Karya dan PT JGC Indonesia untuk pembangunan terminal sisi darat dan dermaga.
Terminal LPG ini akan menjadi hub suplai LPG ke wilayah Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan, dan Sulawesi, menggantikan peran 2 unit Very Large Gas Carrier (VLGC) yang saat ini difungsikan sebagai floating storage.
“Dengan beroperasinya terminal LPG Tuban ini tentunya distribusi energi akan lebih efisien dan lebih menjamin safety dan pasokan yang lebih terjamin,” ujar Yoki.
Tidak hanya itu, pembangunan terminal ini juga tercatat menyerap tenaga kerja hingga sebanyak 1142 orang selama proyek berlangsung, serta penyerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) proyek ini sebesar 33.23%.
Kehadiran infrastruktur strategis ini, ditambah dengan penyerapan tenaga kerja dan optimalisasi TKDN dalam pembangunannya membantu menggerakkan perekenomian nasional. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendongkrak peringkat daya saing Indonesia dalam Institute for Management Development (IMD) World Competitiveness Index dari peringkat 44 ke peringkat 34 pada tahun 2022.