Jakarta,TAMBANG,- Permintaan rumput laut kering dan agar-agar rumput laut yang dihasilkan Koperasi Mina Agar Makmur (KMAM) cukup tinggi di tengah pandemi Covid-19. Konsumen tertarik atas mutu rumput laut kering dan produk hasil olahan rumput laut yang dihasilkan oleh Koperasi Mina Agar Makmur. Oleh karenanya Koperasi yang merupakan mitra binaan Subholding Upstream Regional Jawa Bagian Barat Field Subang mencatat pendapatan cukup tinggi meski di tengah pandemi.
Usup Supriatna, Ketua Koperasi Mina Agar Makmur, menjelaskan pihaknya menjual rumput laut kering kepada salah satu perusahaan pengolahan rumput laut di Tangerang. Kemudian diolah menjadi bubuk Setiap bulan dikirim sekitar 100 ton rumput kering kepada konsumen.
“Kalau dirata-ratakan setiap tahun kami menjual 1.000-1.200 ton. Kalau kami produksi lebih dari 1.200 ton pun, perusahaan tersebut siap menampung,” ujar Usup kepada tambang.co.id tempat pengolahan agar-agar rumput laut Kelompok Anugerah Pertiwi yang menjadi binaan Koperasi Mina Agar Makmur, Sabtu (27/11) lalu.
Harga jual rumput laut dari Koperasi Mina Agar Makmur Rp5000 per kilogram. Dengan asumsi produksi 1.200 ton per tahun, Koperasi mengeruk keuntungan sekitar Rp6 miliar. “Itu belum termasuk omzet dari pengolahan agar-agar rumput laut,” ujar Usup.
Selain menjual rumput laut kering, Koperasi Mina Agar Makmur melalui Kelompok Anugerah Pertiwi juga memproduksi produk olahan agar-agar dari rumput laut. Ada dua produk yang dijual Kelompok Anugerah Pertiwi, yaitu Agar Stik dan Mie Kristal. Pembuatan dan pengolahan kedua produk ini dilakukan di Desa Pisangsambo, Kecamatan Tirtajaya, Kabupaten Karawang.
Fasilitas pengolahan agar-agar rumput laut olahan Kelompok Anugerah Pertiwi cukup lengkap. Selain memiliki beberapa unit freezer, juga tempat pengeringan rumput laut, dan pengolahan racikan bumbu untuk penyedap rasa mie kristal dalam mangkuk kertas (paper bowl).
“Mie kristal agar-agar rumput laut ini banyak disukai, bahkan salah satu konsultan kesehatan di daerah Jakarta memesan mie kristal ini untuk diet Kesehatan,” ujar Usup.
Sebuah perusahaan konsultan Kesehatan di Jakarta Selatan menjadi pelanggan setia mie kristal produksi Kelompok Anugerah Pertiwi. Awalnya, lanjut Usup, konsultan tersebut membeli 100 pieces, berkembang menjadi 5.000 pieces dan kini menembus 11.000 pieces. Total kapasitas produksi mie kristal Kelompok Anugerah sejatinya mencapai 15.000 pieces. “Produk mie kristal ini cukup berhasil dan paling digemari. Dietnya itu enak,” ujar Usup.
Mie kristal olahan Kelompok Anugerah Pertiwi berasal dari agar-agar rumput laut berkualitas terbaik. Produk ini dinilai sangat tinggi serat pangan, rendah kandungan karbohidrat sehingga menyehatkan pencernaan. “Mie kristal ini cocok untuk makanan alternatif penderita gula darah tinggi/diabetes, diet rendah karbohidrat,” katanya.
Dia menyebutkan, ide pengembangan mie kristal agar-agar rumput laut berawal dari kebiasan Usup makan mie. Terbersit dalam pikirannya untuk mengembangkan mie kristal. Belakangan, Usup mencoba merealisasikan ide itu. Apalagi sebelumnya Kelompok Anugerah Pertiwi itu sudah memproduksi Agar Strip. “Saya coba pakai bumbu mie instan, kok enak juga,” ujar Usup.
Mie kristal agar-agar rumput laut olahan Kelompok Anugerah Pertiwi dijual Rp10 ribu untuk ukuran mangkuk 7 gram. Sedangkan dalam wadah plastik ukuran 30 gram dilepas pada harga Rp30 ribu.
Sebelum memproduksi mie kristal, Kelompok Anugerah Pertiwi lebih diterima pasar terlebih dahulu memasarkan Agar Strip.
Agar Strip adalah makanan olahan rumput laut jenis Glacilaria sp. yang mengandung serat tinggi dan cocok dijadikan menu diet. Makanan jenis ini banyak digemari di China dan Jepang.
Inovasi produk hilir rumput laut Kelompok Anugerah Pertiwi sejatinya bermula lewat Agar Strip yang diinovasikan pada 2018 berkat bantuan dari Balai Besar Pengujian Penerapan Hasil Perikanan (BBP2HP), sekarang Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BP3KP). Supriadi, Kepala Bidang Perikanan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karawang, menyatakan optimismenya bahwa budidaya rumput laut di Karawang akan kian berkembang seiring masyarakat yang semakin menggemari makanan sehat dari rumput laut.
“Saya berasumsi (budidaya) rumput laut ini akan ngetren ke depan karena hamanya juga relatif hampir tidak ada,” katanya.