Jakarta, TAMBANG – PT Pertamina dan PT Bukit Asam (PTBA) meneken pokok-pokok perjanjian membentuk perusahaan patungan proyek Dymethil Ether (DME). Proyek yang direncanakan berlokasi di Peranap, Riau itu, melibatkan perusahaan asal Amerika Serikat, Air Product and Chemicals Inc.
Melalui perjanjian ini, ketiganya bersepakat akan membangun pabrik pengolahan batu bara menjadi gas alam sintetik atau syngas, hingga diproses lagi sampai menjadi DME dan produk siap pakai lainnya.
“Hilirisasi juga penting dalam upaya mengurangi polusi dari batu bara dengan memproduksi clean energy berupa syngas yang akan jadi hulu dari berbagai produk seperti DME bahkan sampai solar dan avtur,” ujar Menteri BUMN, Rini Soemarno saat menghadiri penandatanganan itu, Rabu (16/1).
Rencananya, Bukit Asam akan berperan sebagai pemasok batu bara. Sedangkan Pertamina, akan bertindak sebagai pembeli gas yang dihasilkan dari batu bara. Terkait penyediaan teknologi, akan dipegang oleh Air Product.
Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan, proses gasifikasi ini diproyeksikan dapat meningkatkan nilai tambah batu bara, serta mendongkrak devisa negara. Potensi tersebut tercermin dari jumlah sumber daya dan cadangan batu bara di Indonesia.
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, DME nantinya akan digunakan sebagai pengganti gas elpiji, yang saat ini masih dipasok dari luar negeri. Besaran impor elpiji di Indonesia tercatat mencapai 70 persen lebih.
“Sekitar 73 persen elpiji masih diimpor, tahun 2017 Indonesia mengkonsumsi tidak kurang dari 7,11 juta ton elpiji. Gasifikasi batu bara ini proyek strategis mengurangi sebagian besar kebutuhan elpiji impor,” beber Nicke.