Jakarta-TAMBANG. Melambatnya permintaan tembaga dari Cina yang dibarengi penguatan dolar Amerika Serikat membuat harga tembaga diproyeksikan terus melemah hingga akhir tahun depan hingga ke level US$4.500.
Pada perdagangan hari ini (2/7) sampai pukul 10:49 WIB, harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,9% menjadi US$5.311, sedangkan harga tembaga berjangka di New York Commodity Exchange (Comex) naik 0,35% menjadi US$2,43 per pon atau US$5.346 per ton.
Max Layton, analis Goldman Sach Group Inc., mengatakan proyeksi untuk harga tembaga dari jangka pendek sampai panjang terpaksa direvisi lantaran mempertimbangkan kondisi global saat ini. Permintaan tembaga dari Cina tampaknya masih rendah hingga beberapa waktu ke depan.
“Pasokan tembaga tampaknya akan terus meningkat hingga tiga tahun ke depan dan dikuranginya asumsi biaya operasional pertambangan seiring dengan penguatan dolar AS bisa mendorong kenaikan produksi lebih besar lagi,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg pada Kamis (23/7)
Goldman Sach memperkirakan harga tembaga bisa menyentuh level US$4.500 pada tahun depan. Angka itu jelas jauh lebih rendah dibandingkan dengan pandangan sebagian besar analis yang memperkirakan bisa menyentuh level US$6.608.
Sementara itu, Ibrahim, analis PT Equilibrium Komoditi Berjangka, memperkirakan harga tembaga akan menyentuh level US$5.000 pada akhir tahun ini.