Jakarta, TAMBANG – Pendapatan usaha bersih PT Adaro Energy pada paruh tahun atau semester 1 tahun 2018 naik 4 persen. Nilainya mencapai USD1,6 juta, naik tipis dibandingkan perolehan pada semester 1 tahun 2017 yang berkisar di angka USD1,5 juta.
Kenaikan ini didorong oleh harga batu bara yang terkerek sejak awal tahun 2018. Oleh karena itu, meskipun volume penjualan emiten berkode saham ADRO ini turun 6 persen, pendapatan bersihnya tetap naik.
“Kinerja semester 1/2018 mencerminkan fokus kami terhadap keunggulan dan efisiensi operasional di tengah pasar batu bara yang kondusif,” ujar Presiden Direktur sekaligus CEO ADRO, Garibaldi Thohir melalui keterangan resminya yang diterima tambang.co.id, Jumat (24/8).
Pendapatan usaha yang naik 4 persen ini, ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata sebesar 9 persen akibat tingginya harga index Global Coal Newcastle.
Tapi sayang, meski pendapatan naik, laba bersih ADRO mengalami penurunan 12 persen, yaitu dari USD222,39 juta pada tahun sebelumnya, menjadi USD195,38 juta.
Beban pokok pendapatan ADRO naik tipis dari USD 1 miliar menjadi USD 1,12 miliar. Sehingga di pos laba bruto turun dari USD 532,66 juta menjadi USD 492 juta.
Sektor pertambangan batu bara ADRO menyumbangkan 92 persen pada pendapatan usaha perusahaan. Sementara sisanya diperoleh dari bisnis di luar batu bara.
Total produksi batu bara ADRO pada semester 1 tahun 2018 mencapai 24 juta ton. Angka itu turun 4 persen dari periode yang sama tahun lalu. ADRO beralasan karena hujan lebat yang mempengaruhi kegiatan operasional selama semester ini.
Sementara volume penjualan batubara, ADRO mencatat mencapai 23 juta ton atau turun 6 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu perusahaan tetap mempertahankan produksi di tahun ini sekitar 54-56 juta ton.