Beranda Tambang Today Pemerintah Desak Pengusaha Batu Bara Lakukan Hilirisasi

Pemerintah Desak Pengusaha Batu Bara Lakukan Hilirisasi

Para pembicara di 'IEA Coal Forecast to 2023' di Jakarta, Selasa (18/12).

Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mendesak para pelaku industri tambang batu bara, agar melangkah ke arah hilirisasi. Dari sekian macam hilirisasi batu bara, Jonan menyoroti pengolahan batu bara menjadi dimethyl ether (DME).

 

“Perusahaan-perusahaan batu bara ini harus ada nilai tambah. Di Cina itu batu bara sudah diubah jadi avtur. Kita yang sederhana saja, buat DME untuk elpiji,” kata Jonan saat menghadiri agenda bertajuk ‘IEA Coal Forecast to 2023’ di Jakarta, Selasa (18/12).

 

Jika melihat kondisi saat ini, sekitar 70 persen elpiji nasional diperoleh melalui impor. Berdasarkan data tahun lalu, konsumsi elpiji di Indonesia mencapai sekitar 7 juta ton. Untuk itu, diversifikasi batu bara menjadi DME merupakan pilihan yang layak untuk dicoba.

 

Soal potensi bisnis, diversifikasi ini dinilai dapat menolong nasib batu bara kalori rendah, yang saat ini kondisinya sedang terancam. Dalam beberapa bulan terakhir, harganya kian menurun.

 

Batu bara yang diproduksi di Indonesia, dengan kadar kalori di bawah 4000 kcal, penjualannya sangat bergantung pada pasar luar negeri. Sehingga, naik turun banderol sulit diprediksi. Ketika harga anjlok, perusahaan tambang tidak mampu berbuat lebih, kecuali menunggu rebound, sambil melakukan efisiensi.

 

Dalam konteks tersebut, Jonan ingin pengusaha batu bara melakukan inovasi. Selain dengan mengembangkan DME, mereka dapat melangkah ke hilirisasi batu bara, dengan membangun pembangkit listrik mulut tambang.

 

“Ini yg menurut saya penting sekali. Harus ada konversi, apakah power plant atau buat lain,” tegas Jonan.

 

Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Adaro Energy, Garibaldi Tohir bilang, pihaknya belum berencana untuk menggeluti DME. Mengenai upaya peningkatan nilai tambah batu bara, Adaro lebih memilih fokus pada program elektrifikasi.

 

“Kalau soal elpiji, bisa saja diganti dengan kompor listrik. Lalu kita yang bantu penuhi kebutuhan listriknya,” tutur pria yang akrab dipanggil Boy Tohir ini.

 

Untuk diketahui, saat ini Adaro memiliki proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berlokasi di Batang, Jawa Tengah. Pengerjaannya telah mencapai sekitar 50 persen.

 

Terkait hilirisasi, Adaro punya PLTU mulut tambang yang berlokasi di Kalimantan Selatan, dan telah beroperasi sejak 2013 silam. Lalu ada lagi di Kalimantan Timur, dengan kapasitas 2×100 mega watt.