Salah satu yang dilakukan Pemerintah dan Pertamina saat ini adalah melakukan optimalisasi kilang yang sudah beroperasi. Pertamina telah melakukan optimalisasi pada kilang Cilacap dengan menggunakan teknologi terkini.
Jakarta-TAMBANG- Kilang Cilacap, salah satu dari empat kilang yang sudah beroperasi di Indonesia punya peran penting dalam menjamin pasokan bahan bakar minyak (BBM) nasional. Untuk itu, optimalisasi yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dengan teknologi yang baru jangan sampai mengganggu pasokan BBM yang dihasilkan kilang tersebut.
Dirgo W Purbo, analis Energy Security, mengatakan kalau Kilang Cilacap terganggu maka akan mengganggu pasokan BBM keseluruhan. “Semua teknologi di dunia, khususnya di negara yang sudah maju mengedepankan teknologi yang ramah lingkungan. Sehingga kalau menggunakan teknologi yang ramah lingkungan pasti akan meningkatkan image perusahaan tersebut,” kata dia.
Dirgo menambahkan Indonesia memang membutuhkan kilang baru dan optimalisasi kilang yang sudah lama. Namun yang penting adalah bagaimana pemerintah dan juga Pertamina menjamin pasokan minyak mentah (crude) untuk kilang tersebut. Apalagi saat ini produksi minyak mentah nasional terus menurun.
Hal senada diungkapkan Fallah Amru, anggota Komisi VII dari Fraksi PAN. Menurut dia, Indonesia memang membutuhkan kilang baru dan juga optimalisasi kilang yang sedang beroperasi. Namun yang juga harus dipertimbangkan seberapa besar tingkat efisiensi yang ditawarkan oleh teknologi tersebut. Ini tentu terkait dengan kemampuan produksi jika dibanding dengan teknologi lama.
“Selain itu pertimbangan berapa besar investasi juga harus ada. Dan terakhir aspek lingkungan karena antara tata kelola migas dan lingkungan punya keterkaitan yang sangat erat,” kata dia.
Fallah mengatakan jika berbicara tentang efisiensi, maka yang teknologi yang digunakan juga harus mempertimbangkan minyak yang dihasilkan Indonesia. Apakah teknologi ini bisa mengabsorb minyak yang diproduksi dalam negeri.
“Itu yang harus kita perhatikan. Untuk itu kita bisa belajar dari negara lain yang sudah menerapkan teknologi ini dan seberapa besar menghasilkan efesiensi,” ungkap dia.
Pertamina (Persero) menargetkan kilang Cilacap akan memproduksi 91 ribu barel per hari (bph) pertamax RON 92 setelah beroperasinya unit Residuel Fluid Catalytic Cracker (RFCC) dan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC).
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan unit RFCC nanti dapat memproduksi sekitar 37.000 barel per hari high octane mogas component (HOMC), yang sebagian besarnya akan digunakan untuk memproduksi premium dengan kapasitas 30.000 barel per hari dari Kilang Cilacap. Dengan demikian total produksi premium Kilang Cilacap akan mencapai sekitar 91.000 barel per hari.
Kelebihan HOMC dari Kilang Cilacap adalah bisa digunakan untuk memproduksi pertamax dan atau premium di kilang-kilang lain. “Apabila nanti proyek PLBC sudah tuntas, maka seluruh produk gasoline sebanyak 91.000 barel per hari dari Kilang Cilacap akan berupa pertamax RON 92,” kata dia, Kamis.
RFCC unit merupakan teknologi yang memanfaatkan katalis untuk mengkonversi minyak berat atau pun residu, baik atmosferik maupun vacuum residue oils, menjadi produk yang lebih bernilai, utamanya gasoline dan beberapa produk lainnya, seperti LPG dan propylene. RFCC merupakan bagian dari road map pengembangan kilang Pertamina untuk memenuhi kebutuhan pasar dan tuntutan teknologi kendaraan di masa mendatang.
RFCC nantinya akan meningkatkan produksi premium dari Kilang Cilacap menjadi 91.000 bph dari sebelumnya 61.000 bph dengan memanfaatkan residue dari unit-unit pengolahan yang ada sebelumnya. Selain itu, RFCC Cilacap ini akan meningkatkan produksi LPG menjadi 1.066 metrik ton per hari dan 430 metrik ton per hari. Artinya, produk-produk residue yang selama ini dijual murah, setelah adanya RFCC dapat diolah kembali menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi sehingga ini dapat meningkatkan keekonomian dari kilang Cilacap.
Kilang-kilang Pertamina saat ini memiliki Nielsen Index Complexity (NCI) yang relatif rendah, yaitu rata-rata 5-6. Perseroan melalui program dan proyek peningkatan kapasitas kilang menargetkan meningkatkan NCI menjadi rata-rata 9. Bahkan, untuk Kilang Cilacap sebelum RFCC nilai NCI masih di level 3 sehingga kandungan residunya cukup tinggi. Nantinya, NCI ini akan meningkat secara bertahap mulai dengan masuknya RFCC, lalu Program Langit Biru Cilacap, dan dilanjutkan dengan RDMP yang head of agreement (HoA)-nya akan segera ditandatangani antara Pertamina dan Saudi Aramco pada bulan ini