Jakarta, TAMBANG – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2023 sebesar USD 60,2 juta atau Rp 885,66 miliar (kurs Rp 14.712). Angka tersebut naik 39 persen dari kuartal I 2022 yang hanya mencapai USD 43,3 juta atau Rp 637 miliar.
Sementara pendapatan perusahaan pada kuartal I tahun ini mencapai USD 454,9 juta atau setara Rp 6,69 triliun. Capaian tersebut naik 30 persen dari kuartal I tahun lalu yang hanya mencapai USD 349,9 juta atau Rp 5,14 triliun.
Dari segi operasional, volume penjualan batu bara BUMI menurun 4 persen atau sebesar 15,4 juta metrik ton pada kuartal I tahun ini. Sedangkan volume penjualan batu bara periode yang sama di tahun 2022 mencapai 16 juta metrik ton.
Angka tersebut berasal dari penjualan KPC sebesar 10,7 juta metrik ton ditambah dengan penjualan batu bara oleh PT Arutmin sebesar 4.8 juta metrik ton
Adapun batu bara yang ditambang pada kuartal I 2023 menurun yakni sebesar 16,1 juta metrik ton sementara pada pada tahun lalu mencapai 16,3 juta metrik ton. Batu bara yang diproduksi KPC naik 1% dan Arutmin turun sebesar 4% YOY.
“Tahun ini menghadirkan tantangan unik seperti dampak dari hujan lebat yang terus menerus sejak akhir 2021, krisis energi dunia yang diperburuk oleh perkembangan geopolitik global, kekhawatiran akan resesi di negara-negara maju, dan ketidakstabilan keuangan yang terjadi baru-baru ini yang berpotensi menyebabkan gangguan ekonomi lebih lanjut,” ungkap Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan, Dileep Srivastava, Rabu (3/5).
Menurut Dileep, aturan baru pemerintah tentang royalti berdampak pada perolehan laba yang tinggi bagi perusahaan batu bara yang diberikan perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) baru, yakni USD 609 juta vs USD 196 juta yoy yang dibayarkan oleh KPC dan Arutmin.