Jakarta, TAMBANG – Menteri Industri dan Keamanan Ekonomi, Nusrat Ghani, bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins terkesan dengan praktik pertambangan yang dilakukan PT Vale Indonesia (VALE) di Blok Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel). Hal tersebut mereka ungkapkan saat berkunjung langsung ke sana, Selasa (23/5).
“Saya sangat terkesan dengan ramah lingkungan dan relasinya dengan masyarakat setempat, serta upaya yang telah dilakukan untuk merehabilitasi kawasan lahan pascatambang,” kata Ghani.
Ghani memuji VALE karena memiliki tiga PLTA untuk mendukung pabriknya. Menurutnya hal ini sejalan dengan komitmen Inggris untuk menjadi pelopor dalam siklus pertambangan dunia, termasuk solusi rendah karbon yang mendukung industri pertambangan berkelanjutan.
“Perusahaan ini ramah ekonomi dan seluruh program di sini sangat bersemangat. Intinya, inisiatif yang kami lihat di sini luar biasa,” ujarnya.
Ghani pun memuji komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan, apalagi setelah menyaksikan langsung penghijauan yang telah berlangsung selama 17 tahun.
“Saya baru saja berjalan melewati hutan yang baru berusia 17 tahun. Namun, saat kita berjalan, hutannya terasa seperti sudah ada sejak dulu. Kami sangat senang bisa mengunjungi PT Vale,” katanya.
Ghani mengungkapkan kunjungan ini dilakukannya untuk melihat langsung bagaimana PT Vale beroperasi. Menurutnya, kunjungan ini relevan, mengingat Inggris juga memiliki sejumlah tambang.
“Kita membutuhkan mineral tidak hanya untuk menggerakkan ekonomi, tetapi juga untuk mendukung (banyak aspek) kehidupan kita. Misalnya komponen alat kesehatan, mobil, (hingga) handphone,” jelasnya.
Selama di Sorowako, Nusrat Ghani dan Owen Jenkins, didampingi oleh CEO PT Vale Febriany Eddy dan COO PT Vale Abu Ashar. Mengawali kunjungan, rombongan diajak melihat lokasi penambangan dan reklamasi di Solia Hill, di mana Febry menjelaskan praktik penambangan yang dilakukan PT Vale selama 54 tahun beroperasi di Sorowako, metode reklamasi dan rehabilitasi pascatambang, hingga pengelolaan air limpasan tambang sebelum dibuang kembali ke perairan, termasuk Danau Matano. Dari sana, mereka dibawa ke Control Room.
Dari fasilitas ini, tiga PLTA yang dioperasikan oleh perusahaan dapat dikendalikan dari jarak jauh, sebagai bagian dari mitigasi bencana. Dari Control Room, sebelum melihat Danau Matano, rombongan Nusrat rombongan singgah di Galeri UMKM Kareso Anatowa, tempat para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan PT Vale memasarkan produknya.
Sebelum bertolak kembali ke Jakarta, Menteri Ghani dan Dubes Jenkins mengunjungi Taman Keanekaragaman Hayati Sawerigading Wallacea milik PT Vale, melihat pembibitan, arboretum, dan penangkaran rusa. Menteri Ghani memuji komitmen PT Vale dalam menjalankan komitmen Environmental, Social, dan Governance (ESG).
Dari aspek lingkungan, dia terkesan dengan cara perusahaan menambang dan cepat melakukan reklamasi dan reboisasi di lahan pascatambang, agar kerusakan lingkungan tidak terjadi dalam waktu lama.
Pada aspek sosial, ia juga memuji kepada PT Vale yang telah membangun hubungan baik dengan masyarakat, seperti mendampingi dan membimbing masyarakat agar mandiri dengan memiliki usaha sendiri atau UMKM.
Terkait kunjungan ini, Febriany Eddy menjelaskan bahwa Menteri Ghani ingin melihat secara langsung praktik pertambangan yang dilakukan PT Vale selama ini, yang menjadi perbincangan di Indonesia, bahkan dunia.
“Selain melihat langsung praktik pertambangan berkelanjutan di PT Vale, mereka juga ingin melihat peluang kerja sama yang dapat dijalin dengan PT Vale ke depan,” kata Febry.