Jakarta, TAMBANG – PT Trimegah Bangun Persada Tbk dan entitas anak (NCKL) berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 4,7 triliun sepanjang 2022. Angka tersebut naik 137 persen dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 2,0 triliun.
Laba bersih entitas induk naik berasal dari adanya kenaikan laba entitas asosiasi sebesar 307,7% menjadi Rp 2,9 triliun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 715 miliar dan adanya kenaikan pendapatan usaha di tahun 2022 sebesar 16,3% menjadi Rp9,6 triliun dibandingkan dengan Rp 8,2 triliun di tahun 2021.
“Peningkatan pendapatan Perseroan terjadi sebagian besar karena adanya peningkatan volume di Perseroan dan entitas anak,” ujar Investor Relations, Lukito Gozali dalam keterangan tertulis, Rabu (17/5).
Pada tahun 2022, rasio biaya operasi ke pendapatan Perseroan berhasil diturunkan dari 11,5% menjadi 7,2% dengan biaya operasi sebesar Rp 947,0 miliar turun menjadi Rp 691,7 miliar di tahun 2022.
Laba entitas asosiasi naik 307,7% dari Rp715 miliar menjadi Rp2,9 triliun karena laba entitas asosiasi pada tahun 2021 hanya berasal dari kuartal terakhir tahun 2021 dan tahun 2022 laba entitas asosiasi dari 12 bulan penuh.
“Sedangkan laba periode berjalan naik 121,0% menjadi Rp4,6 triliun dari Rp2,1 triliun di tahun sebelumnya,” ujar dia.
Dalam mendukung program Pemerintah untuk memajukan industri nikel dari hulu ke hilir, Perseroan akan terus melakukan investasi dan pembangunan fasilitas produksi yang dapat meningkatkan volume dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan.
“Perseroan juga akan terus menjaga posisi keuangan yang sehat dan kuat untuk mengantisipasi kebutuhan modal kerja ke depan. Perseroan akan terus bekerja sama dengan para mitra yang dapat melakukan transfer teknologi dan membantu dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia yang ada di Perseroan,” imbuh dia.
Untuk lini produksi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF), Perseroan mempunyai entitas anak yang sudah melakukan produksi yaitu PT Megah Surya Pertiwi (MSP) yang memiliki kapasitas produksi 25 ribu metal ton per tahun.
“Sedangkan entitas anak Perseroan lainnya yaitu PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), pada akhir tahun 2022 telah menyelesaikan pembangunan 2 (dua) lini produksi dari total 8 (delapan) lini produksi yang sedang dibangun,” beber dia.
Total kapasitas produksi HJF adalah sebesar 95 ribu metal ton per tahun dan diperkirakan pekerjaan konstruksi akan selesai di pertengahan tahun 2023, sesuai dengan rencana yang di targetkan sebelumnya.
Dari lini produksi refinery High Pressure Acid Leach (HPAL), Perseroan telah menyelesaikan lini ke 3 produksi PT Halmahera Persada Lygend dan sedang memasuki masa ramping up sehingga total kapasitas produksi MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) akan naik menjadi 55 ribu metal ton/tahun di pertengahan tahun 2023.
Tidak berhenti di situ, Perseroan juga sedang dalam tahap akhir pembangunan fasilitas produksi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat yang diperkirakan akan selesai di awal kuartal dua tahun 2023. Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat merupakan salah satu bahan baku utama untuk pembuatan prekursor yang diperlukan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Dari sisi keberlanjutan, Perseroan akan terus memiliki komitmen untuk melakukan integrasi berkelanjutan di dalam proses bisnis, keterlibatan dan pembangunan masyarakat setempat, serta lingkungan.
Lima area utama yang menjadi fokus di dalam program komunitas Perseroan adalah kesehatan, edukasi, ekonomi, sosial dan infrastruktur.
Perusahaan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi yang memiliki kemampuan hulu dan hilir di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, membukukan laba bersih pemilik entitas induk mencapai Rp 4,7 triliun di tahun 2022, naik 137,1% dari Rp 2,0 triliun di tahun sebelumnya.