Jakarta, TAMBANG—Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan bahwa foto citra satelit yang beredar di masyarakat mengenai pengaruh emisi PLTU terhadap tingginya polusi udara di Jakarta itu bohong dan dibuat oleh orang tidak bertanggung jawab alias hoax.
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Luckmi Purwandari mengatakan bahwa ada pihak yang ingin mengambil keuntungan di tengah isu polusi udara di ibu kota.
“Memang foto itu sudah beredar dan kami sebenarnya sudah melakukan kajian. Kalau dilihat di website copernicus sentinel-5p satellite menunjukkan bagaimana nitrogen dioksida di udara itu seperti apa,” ujarnya dalam sebuah diskusi, dikutip Rabu (16/8).
Luckmi bilang data pada laman ini menunjukkan arah angin bukan ke Jakarta, berbeda dengan gambar simulasi yang tersebar di masyarakat.
Saat ini, tutur dia, sektor transportasi dan manufaktur masih menjadi masalah utama pencemaran udara di DKI Jakarta yang harus segera dikendalikan agar publik bisa menikmati udara ibu kota yang lebih baik.
Luckmi menyebut pengendalian polusi udara harus segera dilakukan menyusul banyaknya faktor penyebab, baik alami maupun tidak alami. “Yang bisa kita kendalikan ini berasal dari aktivitas manusia seperti sektor transportasi, industri, kegiatan rumah tangga hingga pembakaran sampah,” paparnya.
Adapun faktor alami, lanjut Luckmi, susah untuk bisa dikendalikan. “Nah Kalau penyebab yang tidak bisa kita kendalikan seperti musim, arah dan kecepatan angin, lanskap kota Jakarta dan lain-lain,” terangnya.
Luckmi menyatakan hasil rapat terbatas (ratas) terakhir memaparkan sektor transportasi menjadi penyebab utama. “Berdasarkan inventarisasi emisi dari berbagai riset beberapa tahun terakhir, pembuangan emisi dari sektor transportasi memang menjadi penyebab utama polusi di Jakarta, disusul industri,” katanya.
Selama tiga bulan terakhir, tambah Luckmi, sejumlah riset menyebutkan setiap periode Juni-Agustus atau pada musim kemarau di mana bertiup angin muson timur, risiko kualitas udara yang buruk lebih tinggi dari periode lain.
“Mengacu data Kementerian LHK, sejak 2018 hingga 2023 ini berdasarkan indeks standar pencemaran udara (ISPU) menunjukkan rata-rata kualitas udara di Jakarta tidak sehat terutama pada bulan-bulan sekarang ini,” tambahnya.
Untuk itu, pemerintah sangat berharap agar publik secara luas mampu mengendalikan penggunaan transportasi pribadi agar tidak memperparah situasi polusi di Jakarta. “Ini penting bagi kesehatan masyarakat semua,” pungkasnya.