Jakarta, TAMBANG – PT Kapuas Prima Coal Tbk, emiten produsen base metal di Indonesia, mencatatkan penjualan sebesar Rp 612,6 miliar hingga September 2021, atau meningkat 61,0 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut dipicu oleh kenaikan harga komoditas serta pemulihan ekonomi global.
Emiten berkode saham ZINC ini, mencetak laba bersih sebesar Rp 65,4 miliar atau melonjak 148,0 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Pencapaian ini didorong oleh penjualan bijih besi ZINC yang meningkat signifikan pada Kuartal III-2021 sebesar Rp 57,5 miliar, dan pada tahun ini ZINC juga mendapatkan tambahan penjualan dari konsentrat besi sebesar Rp 100,1 miliar.
“Pencapaian kinerja yang positif di kuartal ketiga ini tidak lepas dari tren peningkatan harga komoditas yang masih berlanjut, serta didukung oleh upaya kami dalam meningkatkan kapasitas produksi. Hingga September 2021 ini, total produksi ZINC sudah mencapai sekitar 350 ribu ton, dan kami berharap hingga akhir tahun dapat mencapai target produksi kami yaitu sebesar 564 ribu ton.” Ungkap Direktur ZINC, Evelyne Kioe melalui keterangan resmi, Kamis (4/11).
Penjualan ZINC hingga Kuartal III 2021 didominasi oleh konsentrat seng yang tercatat mencapai Rp 260,4 miliar atau berkontribusi sebesar 42,5% terhadap total penjualan. Kemudian diikuti oleh penjualan konsentrat besi sebesar Rp 100,1 miliar , perak sebesar Rp 98,6 miliar , konsentrat timbal sebesar Rp 95,9 miliar , serta penjualan bijih besi sebesar Rp 57,5 miliar .
Perseroan berfokus untuk memaksimalkan penjualan hingga Desember 2021, melihat harga komoditas zinc saat ini di kisaran USD 3.200 per ton, timbal di kisaran USD 2.300 per ton dan harga perak di kisaran USD 23 per ozt.
Sementara itu, seiring dengan pertumbuhan kinerja, ZINC juga berupaya meningkatkan cadangan dan sumber daya untuk diproduksi. ZINC melakukan perluasan area eksplorasi hingga 25 persen dari total luas area Perseroan sebesar 5.569 hektare, yang terbagi atas dua Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Menurut Evelyne, selama ini ZINC baru melakukan eksplorasi di area seluas 390 hektare atau kurang lebih 8 persen dari total konsesi. Kemudian pada tahun 2020, Perseroan memperoleh izin tambahan sekitar 1.169 hektare, sehingga saat ini total area eksplorasi ZINC mencapai hampir sekitar 1.600 hektare atau kurang lebih 25 persen.
“Proses eksplorasi ditujukan untuk menentukan titik-titik cadangan mineral berada. Apabila dalam proses eksplorasi tersebut masih ditemukan mineral timbal dan seng, maka kami akan terus meningkatkan kapasitas produksi yang juga didukung oleh peningkatan kapasitas smelter yang saat ini tengah dibangun. Hal ini sejalan dengan peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, bahwa setiap penambahan produksi konsentrat harus dijual kepada smelter yang berada di dalam negeri,” tutup Evelyne.