Jakarta,TAMBANG,- Mengajarkan anak untuk peduli lingkungan diantaranya dengan menaruh sampah pada tempat perlu dilakukan. Dan inilah yang dilakukan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Alam Al-Firdaus di Desa Muktijaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Di tengah pandemi Covid-19, pengelola dan guru PAUD Alam Al-Firdaus dibantu Subholding Upstream Pertamina Regional Jawa Bagian Barat Field Subang membuat inovasi sosial yang sangat bermanfaat, yaitu Aplikasi Belajar Kelola Sampah (ABKS).
“Aplikasi belajar mengelola sampah ini sebagai sarana mengedukasi anak agar cinta terhadap lingkungan,” ujar Yayah Nurazia saat ditemui di PAUD Alam Al-Firdaus di Cilamaya Kulon, Karawang, Minggu (28/11). Aplikasi ini diresmikan pada pertengahan Oktober 2021.
Yayah, yang akrab dipanggil Ibu Ais itu-mengatakan aplikasi belajar mengelola sampah dihadirkan sebagai tindak lanjut dari kurikulum tematik pengelolaan sampah yang selama ini telah diterapkan di PAUD Alam Al-Firdaus dan satuan PAUD lainnya di Kabupaten Karawang. “Kami berharap, melalui ABKS ini anak bisa lebih mudah dan senang dalam belajar mengelola sampah sejak dini,” ujarnya.
Sejumlah menu dalam ABKS mengantarkan anak untuk belajar sambil bermain. Yayah mencontohkan, dalam menu utama belajar kelola sampah, anak-anak diperkenalkan jenis-jenis sampah organik dan non-organik berikut dengan gambarnya. Selain itu, ada penjelasan visual atau video animasi untuk anak yang belum bisa membacaagar memudahkan anak untuk menangkap pesan yang disampaikan.
Aplikasi juga dilengkapi menu game animasi, belajar mewarnai, ebook dan sharing bunda. Melalui sharing bunda, orang tua anak juga bisa saling terhubung atau berdiskusi dalam mendampingi anak belajar mengelola sampah. “Aplikasi ini bisa diunduh melalui Play Store,” katanya.
Selain ABKS, saat pandemi Covid-19 saat ini, PAUD Alam Al-Firdaus juga berhasil mereplikasi kurikulum pengelolaan sampah. Bukan lagi di tingkat seluruh PAUD di Kabupaten Karawang, tapi juga PAUD secara nasional.
“Awalnya pihak Kementerian Pendidikan Nasional mengatakan itu tidak ada dasar hukumnya. Tapi kami sangat ingin melakukan itu. Akhirnya kami minta bantuan Pertamina untuk diberikan SK agar bisa direplikasi. Dan kemarin saya ke Bali, katanya nanti akan direplikasi ke seluruh PAUD di Indonesia,” kata Yayah.
PAUD Alam Al-Firdaus saat ini memiliki 73 siswa yang berasal dari Desa Muktijaya dan beberapa di antaranya ada yang berasal dari desa tetangga. Selain di Desa Mukti Jaya dengan 50 siswa, PAUD Alam Al-Firdaus juga memiliki satu rombingan belajar di Desa Tegallurung. Jumlah siswa sebanyak 23 orang dengan waktu pembelajaran siang hari.
“Sejak dua bulan terakhir, kami telah memulai pembelajaran tatap muka selama satu setengah jam. Jika di sini jam 08.00-09.30. Yang di Tegallurung siangnya, pukul 13.00-14.30,” ungkap Ais.
Ais, yang juga menjadi salah satu anggota tim penyusun kurikulum pengelolaan sampah untuk siswa PAUD, menambahkan karakter pendidikan untuk lingkungan, khusus pengelolaan sampah sudah harus ditanamkan sejak dini, yakni mulai tingkat PAUD.
Kurikulum tematik pengelolaan sampah untuk siswa PAUD disusun PAUD Alam Al-Firdaus bersama PEP Subang, Southeast Asian Ministers of Education, regional Centre For Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP) serta Pemerintah Kabupaten Karawang.
Pembelajaran pengelolaan sampah untuk PAUD dilakukan dengan penanaman karakter peduli lingkungan melalui berbagai strategi dan cara yang meliputi pengelolaan sampah, sedekah sampah, menabung sampah, pengurangan sampah plastik, serta pemanfaatan sampah organik dan anorganik.
Menurut Ais, untuk pembiayaan akademik dilakukan dengan cara menabung sampah. Nantinya tabungan tersebut akan dhitung, jika ada kelebihan akan dikembalikan. Namun, jika ada kekurangan maka orangtua siswa akan membayar kekurangannya tersebut.
“Rata-rata 50:50, antara yang kurang dan kelebihan tabungan sampahnya. Kami juga mengajarkan anak-anak untuk sedekah dengan sampah. Jadi ada sebagian sampah dikumpulkan untuk sedekah,” ungkap dia.
PAUD Alam Al-Firdaus tidak hanya mengajarkan anak-anak perilaku cinta lingkungan dan menerapkan sekolah berbayar sampah, namun telah berkembang menjadi agent of change dengan turut mengubah perilaku orang tua murid dan masyarakat sekitar untuk merawat dan melestarikan lingkungan.
Permasalahan lingkungan hidup, khususnya pengelolaan sampah merupakan salah satu tugas dan tantangan besar yang dihadapi di seluruh wilayah Indonesia. Berangkat dari kesadaran inilah, Pertamina Field Subang secara khusus mengembangkan program CSR yang menitikberatkan pada PAUD. Bersama Yayasan Assolahiyah, Pertamina Field Subang bekerja sama dalam pengembangan PAUD Alam Al-Firdaus pada 2017.
Keberhasilan program CSR PELITA (Pendidikan Lingkungan untuk Anak) PEP di PAUD Alam Al-Firdaus mendapatkan apresiasi, baik dari skala nasional melalui Kementerian Pendidikan pada 2019, hingga skala internasional, yakni penghargaan The Peer Awards di Inggris pada 2018.
Kaswati, Guru PAUD Alam Al-Firdaus lainnya, mengatakan kegiatan PAUD Al-Firdaus sebenarnya telah dimulai beberapa tahun sebelum 2017. Saat itu, PAUD Al-Firdaus menempati salah satu rumah yang tidak dihuni.
“Kemudian setelah Kepala Sekolah PAUD AL-Firdaus Ibu Rini (Siti Marini) pulang dari pendidikan guru PAUD, barulah kita menempati lokasi di sini,” katanya. Para siswa yang belajar di PAUD ini membayar iuran sekolah dengan sampah. Melalui orang tuanya, siswa PAUD Al-Firdaus membawa sampah anorganik. Oleh pihak PAUD Al-Firdaus, sampah anorganik tersebut dijual kepada pihak pengepul. “Kalau dalam setahun jumlah sampah yang terjual atas nama siswa melebihi iuran sekolah, akan dikembalikan kepada (orang tua) siswa,” ujar Ais.