Beranda ENERGI Kelistrikan Kapal Listrik Terapung, Solusi Defisit Listrik Daerah Sulawesi

Kapal Listrik Terapung, Solusi Defisit Listrik Daerah Sulawesi

Jakarta-TAMBANG. Setelah berhasil melakukan tes tegangan dan tes performa mesin untuk memastikan kesiapan pasokan listrik dari kapal listrik terapung,  saat ini Karadeniz Powership Zeynep Sultan tengah menunggu proses sinkronisasi dari Kapal menuju jaringan yang ada.

 

Menurut Direktur Bisnis Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara PLN, Machnizon Masri, penggunaan kapal pembangkit listrik terapung asal Turki akan memberi solusi bagi masalah defisit listrik yang dialami PLN Wilayah Sulawesi Utara, Tengah, dan Gorontalo (Suluttenggo).

 

“Kelebihan kapal pembangkit terapung ini selain kapasitasnya besar, juga mudah dipindah ke tempat lain,” demikian Machnizon di Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, Sabtu (16/1). Kapal bernama Karadeniz Powership Zeynep Sultan itu telah merapat di Amurang pada 24 Desember 2015. Kapal lego jangkar di bibir pantai di dekat PLTU Amurang.

 

Menurut Machnizon, pembangkit ini bisa dialihkan ke tempat lain bila dibutuhkan. Selain itu, keberadaan pembangkit terapung juga membuat PLN lebih punya cadangan listrik bila pembangkit milik PLN memasuki masa overhaul. Sebab, di wilayah Suluttenggo, daya saat beban puncak mencapai 325 MW, sementara daya mampu adalah 275 MW.

 

Machinizon menambahkan, PLN menyewa pembangkit terapung ini dalam jangka waktu lima tahun dengan nilai kontrak sebesar Rp 1.850 per kWh. Nilai ini sudah termasuk bahan bakar. Selain itu, PLN hanya akan membayar sesuai listrik yang digunakan saja. Selain itu, beberapa keunggulan MVPP diantaranya yakni menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik, penghematan hingga Rp 350 miliar per tahun dan lebih cepat dalam memenuhi kebutuhan tambahan pasokan listrik di suatu daerah yang sedang kekurangan listrik.

 

Pembangkit listrik terapung dianggap tepat mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 17.000 pulau. Maka pembangkit listrik di atas kapal yang bisa mobile dari satu pulau ke pulau lain‎ paling cocok dengan Indonesia. Marine Vessel Power Plant pertama ini dapat dioperasikan dengan dual fuel yaitu jenis heavy fuel oil dan gas. MVPP ini mengandalkan enam unit mesin pembangkit berkapasitas masing-masing 20 MW.

 

Selain melakukan tes tegangan dan tes mesin, PLN juga telah berhasil melakukan pembangunan tower transmisi 150 kV yang menghubungkan MVPP ke Switchyard untuk selanjutnya disuplai ke Gardu Induk Amurang.

 

Keberadaan pembangkit ini dianggap sebagai solusi sementara defisit listrik di Suluttenggo. Menurut Machnizon, wilayah Suluttenggo mengalami krisis listrik selama bertahun-tahun dan belum ada solusi untuk menanganinya. “Kami harap ini jadi solusi interim defisit listrik yang ada,” pungkas Machnizon.

 

Selanjutnya, PLN akan mendatangkan power plant serupa untuk beberapa lokasi antara lain Sumatera Bagian Utara (240 MW), Kupang (60 MW), Ambon (60 MW), dan Lombok (60 MW).