Jakarta, TAMBANG – Sebagai ketua bidang energi ASEAN, Indonesia mempunyai tanggung jawab besar, salah satunya mendorong negara anggota untuk mendeklarasikan net zero emission (NZE). Meski begitu, sejumlah tantangan yang harus dihadapi tidak sedikit terutama dalam pendanaan untuk infrastruktur dan teknologi.
“Tantangan utama adalah terkait dukungan penyediaan dana pembangunan,” ungkap Sekretaris Jenderal Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia, Arsyadany G Akmalaputri di Jakarta, Rabu (5/4).
Menurutnya, dana yang jumbo ini lantaran asia tenggara merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya enegi baru dan terbarukan, baik dari surya, panas bumi, hidrogen, bayu dan sebagainya. Untuk itu, negara anggota diharapkan saling bekerja sama dalam pendanaan transisi energi ini.
“Kita punya potensi terbesar. Sehingga di sini tentunya diperlukan kerja sama dan kolaborasi antar anggota dan masyarakat ASEAN untuk memanfaatkan teknologi terkini sehingga tentunya diperlukan penyediaan kinerja optimal dari sisi biaya juga infrastruktur,” imbuh dia.
Arsyadany menerangkan, dalam mendorong optimisme transisi energi di kawasan ASEAN, MKI bekerja sama dengan Enlit Asia menyelenggarakan pertemuan sektor listrik dan energi paling berpengaruh se-ASEAN. Acara akan dilaksanakan bertepatan dengan tahun Keketuaan Indonesia pada ASEAN Summit dan Hari Listrik Nasional ke-78 pada November mendatang.
“Dalam rangka mendorong pengembangan teknologi energi bersih di kawasan ASEAN, pertemuan sektor listrik dan energi paling berpengaruh se-ASEAN akan kembali diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2023,” ujar dia.
Sebagaimana diketahui, sektor energi menjadi salah satu bagian dari pilar Sustainability, yang menyokong Keketuaan Indonesia di ASEAN bersama dua pilar lainnya yakni Recovery and Rebuilding dan Digital Economy. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyampaikan, energi berkelanjutan menjadi prioritas dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN tersebut.
“Tahun ini Indonesia memegang keketuaan ASEAN dengan tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”, dengan 3 pilar yaitu Recovery and Rebuilding, Digital Economy dan Sustainability dan Indonesia akan memprioritaskan ketahanan energi berkelanjutan melalui pengembangan interkonektivitas pada ASEAN Power Grid dan Trans ASEAN Gas Pipeline untuk mempercepat transisi energi di Asia Tenggara,” ujar, Arifin Jumat (31/3).