Jakarta,TAMBANG,-Satu lagi inovasi dilakukan orang muda dalam membangun wilayahnya. Dedi Mulyadi, pria asal Desa Pringkasap, Subang ini menginisiasi kelompok pemasok daging organik. “Alhamdulillah, setelah dikenal sebagai penghasil beras organik, Desa Pringkasap secara perlahan mulai dikenal sebagai pemasok daging organik, terutama dari daging ayam kampung,” ungkap Dedi Mulyadi.
Dedi yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Koperasi Sa’urus Farm Desa Pringkasap merupakan salah seorang tokoh pemuda di desa tersebut. Ditemui di kantor koperasi sekaligus markas “Garasi Organik”, Dedi banyak bercerita tentang program atau inovasi “Garasi Organik”.
Program ini sejatinya berawal saat dirinya mengajak petani di desa tersebut memproduksi beras organik. Selama tujuh tahun (2012-2019) pengembangan padi organik, ada masalah dalam penanganan produk turunan dari penggilingan padi yakni dedak, menir dan sekam. Munculah ide untuk mengembangkan pertanian-peternakan secara terpadu.
Berkat dukungan Pertamina pada pertengahan 2020, ide Dedi pun terealisasi. Setahun kemudian, jebolan Institut Pertanian Bogor itu mengajak para pemilik ternak untuk membentuk kelompok tani ternak Sa’urus Farm yang bertujuan menciptakan peternakan dengan sistem yang lebih baik.
“Setelah adanya program ‘Garasi Organik’, peternak mampu memproduksi pakan ternak secara mandiri sehingga mengurangi modal produksi. Selain itu peternak juga mampu menjual hasil ternaknya lebih tinggi karena secara kualitas juga meningkat,” ujar pria kelahiran Subang, 29 Maret 1991.
Menurut dia, ujicoba penggunaan pakan organik dilakukan pada pertengahan 2020. Saat itu, Pertamina ikut membantu. Pilihan dijatuhkan pada ayam kampung. Ujicoba pun dilakukan pada 100 ekor. “Ini disesuaikan dengan lahan 12 anggota, ada yang 20 atau 30 ayam,” kisahnya.
Selain menir dan dedak, pakan ayam kampung tersebut adalah maggot. Sa’urus Farm membudidayakan maggot dengan memanfaatkan limbah organik dari lingkungan tempat tinggalnya. Bahan organik tersebut diurai oleh maggot selama tiga pekan. Sedangkan limbahnya berupa bekas maggot (kasgot) digunakan untuk tanaman padi organik. “Limbah sampingnya itu kemudian untuk pupuk tanaman padi. Kita lakukan ini tujuannya tak lain untuk menekan biaya produksi petani,” ujarnya.
Tak hanya itu, Sa’urus Farm juga membudiayakan tanaman odot untuk pakan sapi dan ternak domba. Kebun tersebut dipupuk menggunakan pupuk kandang dari kotoran sapi. Pakan yang digunakan untuk peternakan sapi dan domba berasal dari rumput odot, jerami padi dan dedak. Sedangkan kotoran sapi digunakan langsung untuk tanaman padi dan pakan maggot BSF. “Kandungan protein maggot itu tinggi, 40%. Pas untuk ayam organik. Karbohidrat dari menir dedak dan sekam. Seratnya dari eceng gondok. Sumber kebutuhan makanan ada di sekitar kita,” katanya.
Panen ayam kampung organik dilakukan tiap tiga bulan. Hasilnya lumayan. Harga ayam kampung bobot hidup 1,2 hingga 1,4kg dihargai Rp45 ribu-Rp55 ribu per ekor. Sementara jumlah ayam yang diternak anggota Sa’urus Farm mencapai 3.000 ekor dari 32 anggota. “Itu berkat penggunaan maggot yang memangkas ongkos pakan hingga 50%,” katanya.
Selain ayam kampung, Koperasi Sa’urus Farm juga mulai mengembangkan bebek. Koperasi melakukan breeding bebek Alabio dan Mojosari. Penyilangan dua varian bebek ini bisa mempercepat panen bebek dari 6-7 bulan untuk bertelur jadi 4,5 bulan saja. “Koperasi saat ini memeliharai 300-an bebek. Sudah dicampur. Ada alabio dan mojosari. Alabio untuk induk betina. Kemampuan bertelur tinggi. Produksi tinggi, sedangkan Mojosari untuk pejantan bagus,” katanya.
Syafaat Budi Mulyono, Ketua Koperasi Sa’urus Farm, mengatakan pengembangan “Garasi Organik” memang butuh ketekunan dan sosialisasi. Karena itu, setiap Jumat malam, anggota koperasi berkumpul. “Kami menampung berbagai problem yang dihadapi peternak. Kami ajarin SOP peternakan organic,” ujar sarjana administrasi negara FISIP Unpad ini. Dia berharap ke depan Koperais Sa’urus Farm bisa mendapatkan sertifikasi organik untuk produksi ternak yang dihasilkan anggota. Saat ini kperasi baru menjadi etalasi dan juga distribusi hasil ternak.
“Kami terbuka untuk siapa saja. Lokasi yang di sini untuk etalse. Kalau masyarkat mau belajar ayam, itik, maggot, silakan. Itu nanti mereka itu garasinya ada di sini,” ujar Ketua Bumdes Karanghegar Berkarya dan Bendahara Forum Bumdes Kabupaten Subang ini.