Jakarta,TAMBANG, Pemerintah terus berupaya mengejar target produksi siap jual (lifting) minyak bumi nasional sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030. Harus diakui target tersebut tidaklah mudah ditengah harga minyak yang melemah dan adanya pandemi covid-19. Belum lagi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) ikut turun.
Meski demikian Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif punya cara sendiri. Menurutnya pemerintah terus berupaya meningkatkan iklim invetasi migas agar bisa memastikan akses energi ke seluruh lapisan masyarakat.
“Ini bukan target yang mudah, tapi dengan upaya kita bersama, insyaallah akan tercapai. Untuk itu kita harus serius mengelola subsektor ini,” kata Arifin saat acara Penganugerahan Penghargaan Keselamatan Migas Tahun 2020 secara daring pada Selasa (3/11).
Target jangka panjang ini juga dibarengi dengan kegiatan eksplorasi migas secara masif. Indonesia memiliki 128 cekungan sediman migas, 68 diantaranya belum dieksplorasi dan sebagian besar berada di wilayah Indonesia Timur.
“Ini menjadi jalan bagi kita mengatasi keterbatasan sumber daya migas di Indonesia sehigga mampu mengurangi ketergantungan terhdapa impor migas,” tegas Arifin.
Kemudian juga Pemerintah mendorong penerapan tekonologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Metode ini dinilai paling eksploitatif dalam membantu mengoptimalkan kinerja sumur-sumur tua. Selain itu, Kementerian ESDM akan menggenjot pembangunan kapasitas kilang di Indonesia.
“Ada empat proyek pengembangan kilang (RDMP) dan satu pembangunan kilang baru dengan target penyelesaian pada tahun 2027,” jelas Arifin.
Pemerintah juga menerapkan fleksibilitas kontrak migas. Pemerintah telah membuka peluang bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk bebas memilih skema kontrak bagi hasil PSC Cost Recovery dan PSC Gross Split. “Pemilihan tersebut menyesuaikan dengan kondisi lapangan migas yang dikerjakan,” tandas Arifin.