JAKARTA, TAMBANG – PT Pertamina Persero menjamin kebutuhan pasokan energi dalam negeri di tengah harga minyak mentah dunia mencapai USD 110 per barel per hari ini. Harga ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 2014 yang rata-rata mencapai USD 93,17 per barel. Kenaikan imbas konflik Rusia-Ukraina yang semakin memanas.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan bahwa Pertamina terus mencermati kenaikan harga minyak mentah dunia dan dampak-dampak strategisnya. Namun yang pasti, Pertamina berupaya menjaga pasokan BBM dan LPG nasional.
Menurut dia, Pertamina menjamin distribusi BBM dan LPG tersebut sampai ke seluruh masyarakat Indonesia serta memastikan keberlanjutan ekosistem energi nasional di tengah tantangan harga minyak mentah dunia yang terus melambung.
“Kegiatan operasional Pertamina dari hulu, kilang sampai hilir, tetap berjalan dengan baik untuk menjaga ketahanan energi nasional,” ujar Fajriyah dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (2/3).
Menurut Fajriyah, dengan upaya ini, maka Pertamina memastikan ekosistem migas nasional juga dapat berjalan dengan baik agar terus menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Dengan dukungan stakeholder, Pertamina akan terus meningkatkan kinerja menghadapi tantangan dinamika energi global dan transisi energi dunia agar menjamin ketahanan dan kemandirian energi nasional yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” tandas Fajriyah.
Sebelumnya, pada awal Maret kemarin Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga membenarkan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia disebabkan perang antara Rusia dengan Ukraina. Jokowi pun menegaskan bahwa kenaikan harga minyak ini harus diwaspadai untuk mencegah terjadinya kelangkaan energi.
“Kelangkaan energi. Dulu sebelum perang harganya naik karena kelangkaan. Ditambah perang (harganya) naik lagi. Sekarang harga per barel sudah di atas 100 US Dollar yang sebelumnya hanya 50-60 (dollar AS),” ujar Jokowi.