Jakarta, TAMBANG – PT Freeport Indonesia (PTFI) paska divestasi saham Freeport oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), mulai memperjelas lokasi pembangunan smelter. Dari tiga opsi wilayah yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Gresik dan Papua. PTFI memastikan membangun di Gresik Jawa Timur (Jatim).
Lokasi pembangunan smelter inipun, diluar dari smelter milik PT Smelting Gresik. Ini adalah lokasi baru yang posisinya memang tidak jauh dari smelter Smelting tersebut. Direktur Utama PTFI, Tony Wenas mengatakan, pembangunan membutuhkan dana sekitar USD2,6 miliar.
“Rencana kita sudah masukkan di Gresik. (Target) 5 tahun,” ungkap Tony Wenas.
Sayangnya, Tony enggan memberi keterangan mengenai status dan perkembangan terkini soal pembangunan smelter tersebut. Ia juga tidak memberi tanggapan saat ditanya, kapan smelter memasuki tahap peletakan batu pertama atau groundbreaking?
“Itu ada rencana detailnya, groundbreaking mah enggak penting, yang penting progress-nya tetap jalan terus, kalau groundbreaking kapan saja bisa dilakukan,” paparnya.
Tony pun enggan menjelaskan lebih lanjut soal kemitraan, perihal pihak mana yang akan digandeng PTFI untuk membangun smelter berkapasitas dua juta ton konsentrat per tahun itu.
“(Kemitraannya) itu soal belakangan. yang penting PTFI sudah menyampaikan rencana pembangunan smelter,” kata Tony.
Mengenai lokasi, hal ini diperkuat oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno. Menurutnya PTFI tidak menempati smelter yang sudah ada milik PT Smelting Gresik, melainkan akan membangun di wilayah baru.
“Smelter sekarang kan ada di Gresik, enggak pindah lokasi. Ini bangun baru. (yang di Gresik milik Smelting) tetap, Jadi ini tambah baru,” ujar Fajar Harry.
Kebimbangan yang pernah dialami oleh PTFI terkait pemilihan lokasi, dibeberkan oleh Fajar Harry. Sebelumnya, ada tiga opsi lokasi yang dibidik oleh PTFI untuk mendirikan smelter, yaitu di Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua, atau Gresik.
“Kan ada opsi di Papua, ada juga di NTB. Ada juga di Gresik. Lagi dikaji. Jadi tiga tempat itu dikaji,” ulas Fajar Harry.
Di sudut berbeda, Direktur Utama induk usaha PTFI, PT Indonesia Asahan Alumunium, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, pembangunan smelter tersebut akan menjadi proyek hilirisasi terbesar yang akan dilakoni oleh holding BUMN tambang.
“Ini proyek kita paling besar. Kita akan bangun sekitar 2 juta ton kapasitas dari copper smelter. Menghasilkan copper catode asalnya masuknya dari copper konsentrat. Proyeknya mungkin sekitar USD 2,6 miliar,” tutur Budi.