Jakarta-TAMBANG- Langkah ekspansif PT Pertamina (Persero) ke bisnis pembangkit listrik akan memperkuat rencana pembentukan perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi. Selain itu, langkah Pertamina juga bermanfaat secara nasional seiring keikutsertaan dalam proyek pembangkit 35 ribu megawatt (MW).
“Pemerintah harus mendukung dengan memberikan prioritas dalam proyek 35 ribu MW. Apalagi Pertamina secara teknis dan finansial sudah proven,” kata Hari Purnomo, Anggota Komisi VII DPR, Rabu (27/4).
Menurut Hari, strategi Pertamina makin ekspansif ke bisnis pembangkit listrik ,akan sangat bermanfaat secara nasional. Pertamina juga telah bepengalaman mengoperasikan pembangkit, meski hanya untuk kebutuhan operasi sendiri di kilang-kilang BBM dan LNG.
Selain itu, lanjut dia, langkah Pertamina akan makin mensinergikan BUMN di sektor energi. Setelah akan masuknya, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) ke Pertamina, sinergi juga akan terjadi dengan PT PLN (Persero). “Otomatis akan terbentuk sinergi dengan PLN dan PGN,” katanya.
Setelah masuk ke bisnis pembangkit energi baru terbarukan melalui PT Pertamina Geothermal Energy yang hingga akhir 2016 akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) berkapasitas total 597 MW, Pertamina juga akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Serta ikut serta dalam tender pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa I berkapasitas 1.600 MW.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan bersama Marubeni dan Total Gas & Power Ltd, konsorsium Pertamina yang paling siap dalam tender PLTGU Jawa I. Selain terdiri dari perusahaan yang memiliki kompetensi global, baik dari sisi produsen listrik swasta (IPP) maupun pemain gas, konsorsium juga didukung General Electric (GE) sebagai technology provider dengan teknologi terbaru yang efisien, serta Samsung C&Tsebagai EPC contractor.
“Kami optimistis dengan kesepakatan kerja sama eksklusif yang sudah terjalin itu.Bergabungnya pemain-pemain besar di industri pembangkitan listrik dan gas membuktikan keseriusan Pertamina sebagai leader dari konsorsium ini untuk mendukung pemerintah dan PLN dalam merealisasikan proyek IPP Jawa I yang telah dicanangkan,” ungkap Wianda.
Transformasi
Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform, mengatakan Pertamina memang bertransformasi menjadi perusahaan energi, tidak hanya minyak dan gas. Hal ini dalam rangka mengantisipasi resiko bisnis jangka panjang melalui diversifikasi usaha dengan mengintegrasikan keunggulan bisnis perseroan.
“Pengembangan IPP berbasis PLTG/GU yang menggunakan bahan bakar gas dan rencana pengembangan 1000 MW pembangkit berbasis ET. Saya kira langkah Pertamina cukup strategis,” kata dia.
Menurut Fabby, Pertamina dengan membangun pembangkit melalui anak usahanya sebagai IPP harus menjual listrik yang diproduksi ke PLN. Namun bisa juga Pertamina menjual secara langsung dengan menyewa jaringan transmisi milik PLN.
“Bisa saja Pertamina menyewa jaringan PLN. Itu sudah ada aturannya,” tandas Fabby.
Menurut Berly Martawardaya, pengamat energi dari Universitas Indonesia, ekspansi Pertamina ke bisnis pembangkit listrik praktis tidak memiliki kendala, apalagi perseroan sebelumnya juga memiliki pengalaman panjang di sektor energi.
“Pertamina memiliki pengalaman di sektor energi dan modal serta kepercayaan pihak perbankan dan lembaga keuangan,”kata Berly.[]