Jakarta,TAMBANG,- Direktur Jederal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Rida Mulyana meresmikan 2 (dua) Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Satunya di Lenteng Agung dan dan satu lagi MT Haryono. Pembangunan SPKLU ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan PT Pertamina (Persero). Peresmian dua SPKLU ini juga menjadi bagian dari upaya mempercepat pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia.
Di kesempatan itu, Rida menyampaikan apresiasinya atas inisiatif BPPT-PT Pertamina dalam penyediaan SPKLU di Indonesia. “Ini merupakan wujud nyata sinergi antarlembaga demi mempercepat kendaraan KBLBB di Indonesia sehingga target yang dicanangkan dapat segera terwujud,” ungkap Rida saat Launching SPKLU secara virtual, Kamis (5/8).
Rida merinci, dalam dokumen Grand Strategi Energi Nasional, kendaraan listrik sendiri ditargetkan mencapai 2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik di tahun 2030. Sementara untuk target pembangunan SPKLU sebanyak 25.000 unit di tahun 2030. “Sampai saat ini telah terbangun 147 SKPLU di 119 lokasi,” jelasnya.
Pemerintah telah menerbitkan regulasi pendukung berupa Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 tentang Kesediaan Infrastruktur Pengisian Listrik Untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. “Permen tersebut mengatur tanggung jawab badan usaha, proses perizinan, skema listrik, tarif tenaga listrik, insentif, dan tentu saja keselamatan berusaha,” ungkap Rida.
Rida menegaskan program ini bagian tak terpisahkan dari upaya mewujudkan transisi energi bersih dan efisien, menghemat devisa serta menghemat subsidi BBM. “Dengan meningkatkannya penggunaan kendaraan listrik dan dibarengi penyediaan energi bersih, kami menargetkan kapasitas pembangkit EBT mencapai 38 Giga Watt di tahun 2030,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPPT Hammam Riza mengutarakan pesatnya pesatnya perkembangan Electro-Mobility (e-Mobility). Konsep ini mengadopsi penggunanan teknologi powertrain listrik, sistem informasi dalam kendaraan, teknologi komunikasi, dan infrastruktur pendukung yang saling terhubung. “e-Mobility diyakini sebagai jawaban atas kebutuhan transportasi di masa depan bukan hanya di dunia, tapi juga di Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Hammam, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan meningkatnya e-mobility secara masif dan global. Diantaranya, kesadaran akan perubahan iklim, reduksi emisi karbon, teknologi kendaraan listrik dan infrastruktur serta peningkatan jumlah kendaraan listrik.
“Ini mendukung ekosistem kendaraan listrik yang juga diproyeksikan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM dengan potensi di 2021 mencapai 125 ribu unit pada mobil listrik dan motor listrik sebesar 1,34 juta unit,” jelasnya.
Sebagai bentuk dukungan, BPPT juga tengah melakukan kajian ketekno-ekonomian, model bisnis komersialisasi SPKLU untuk charging point operator, mengembangkan perangkat lunak Charging Station Management Station (CSMS), AC Fast charging station dan home charging serta platform pengguna untuk battery swap station.
Sementara mewakil PT Pertamina (Persero), Direktur Utama Nicke Widyawati menngungkapkan, pihaknya terus mendukung program-program Pemerintah baik dalam pengembangan kendaraan listrik baik di industri hulu dan hilir. Apalagi sektor transportasi menyumbang sekitar 23% dari karbon emisi.
“Ini program besar bagi Pertamina. Bersama-sama dengan BUMN lain, Pertamina mengembangkan ekosistem baterai listrik dalam Indonesia Battery Corporation (IBC). Di beberapa daerah swasta kita juga menyewakan beberapa kendaraan motor listrik yang lebih ramah lingkungan,” jelas Nicke.
Sebagai informasi, peluncuran ini disaksikan langsung Menteri Perhubungan Budi Karya Samadi, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko.