Jakarta, TAMBANG – Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Ramson Siagian mengingatkan Pertamina terkait kegiatan ekspor-impor perusahaan. Dia menyorot rencana Pertamina, menurunkan pasokan Premium lantaran ingin mengurangi impor minyak mentah.
“Pertamina akan menurunkan (pasokan) penjualan Premium. Ini jadi problem. Rakyat jadi sulit,” ujar Ramson, di hadapan pejabat-pejabat Kementerian ESDM di ruang rapat Komisi VII, Kamis (6/9).
Sebagaimana diketahui, Premium merupakan Jenis Bahan Bakar Khusus Penugasan (JBKP), alias bahan bakar bersubsidi yang disasarkan untuk rakyat kecil. Premium jadi salah satu produk yang dipasarkan melalui program BBM Satu Harga.
Meski demikian, Ramson juga menyadari, seandainya Pertamina tidak menurunkan pasokan Premium, maka Pertamina tidak akan bisa mengurangi impor minyak mentah.
Niat mengurangi impor menjadi penting, mengingat kondisi defisit transaksi berjalan yang sedang terjadi. Seluruh sektor, termasuk Pertamina, diminta oleh pemerintah untuk mengevaluasi kegiatan impornya.
“Kalau tidak diturunkan (pasokannya), Pertamina berat. Neraca dan transaksi berjalan kita defisit. Ini jadi ancaman,” kata Ramson.
Kalau Pertamina menjaga transaksi berjalan dengan tanpa mengurangi pasokan Premium, maka opsi lainnya adalah menaikkan harga Premium. Tapi, opsi ini akan membuka keran gejolak di tingkat akar rumput. Rakyat kecil akan keberatan. Apalagi sebelumnya, Presiden Joko Widodo sudah berjanji tidak akan menaikkan harga Premium sampai tahun 2019 mendatang.
“Pemerintah tidak berani naik harga,” tegas Ramson.
Soal ekspor, ia menyoroti lifting Migas Pertamina yang turun. Hal ini tentu berdampak pada sirkulasi ekspor Migas yang ikut anjlok. Lifting yang dimaksud ialah perolehan Migas dari Blok Mahakam yang baru saja diakuisisi oleh Pertamina.
“Kita punya lifting minyak turun, kinerja ekspor juga tidak membaik. Harusnya kinerja dibuat bagus,” tutup Ramson.