Jakarta, TAMBANG – PT Adaro Energy belum tertarik untuk menambah volume produksi batu bara. Padahal kalau mengacu pada keuangan semester 1 tahun 2018, pendapatan Adaro naik berkat ditopang oleh harga batu bara yang sedang kondusif.
Peluang yang dibuka oleh pemerintah, belum membuat emiten berkode saham ADRO ini berminat menambah volume.
“Sampai saat ini panduan produksi ADRO tahun 2018 tetap di 54-56 juta ton,” Kata Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira kepada tambang.co.id, Jumat, (24/8).
Sebagaimana diketahui, pemerintah memberi kesempatan kepada perusahaan batu bara untuk menambah produksi. Presiden Joko Widodo telah memutuskan, hingga akhir tahun, volume ekspor batu bara ditambah hingga 100 juta ton. Sejauh ini, sekitar 25 juta ton sudah disetujui oleh Menteri ESDM, Ignasius Jonan.
Penambahan ini ditujukan supaya devisa yang masuk ke kas negara bisa naik. Dihitung-hitung, akan ada sekitar USD1,5 miliar dengan penambahan tersebut.
“Diharapkan negara bisa mendapatkan tambahan devisa USD 1,5 miliar dan uangnya segera bisa masuk ke negara. Persetujuan sudah ditandatangani Menteri ESDM. Harga batu bara saat ini baik untuk meningkatkan devisa,” tutur Kepala Biro Komunikasi, Layanan dan Informasi Publik Kementerian ESDM, Agung Pribadi, beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, pendapatan usaha bersih ADRO pada paruh tahun atau semester 1 tahun 2018 naik 4 persen. Nilainya mencapai USD1,6 juta, naik tipis dibandingkan perolehan pada semester 1 tahun 2017 yang berkisar di angka USD1,5 juta.
Kenaikan ini didorong oleh harga batu bara yang terkerek sejak awal tahun 2018. Meskipun volume penjualan ADRO turun 6 persen, pendapatan bersihnya tetap naik.
Pendapatan usaha yang naik 4 persen ini disokong oleh kenaikan harga jual rata-rata sebesar 9 persen akibat tingginya harga index Global Coal Newcastle.