Jakarta, TAMBANG – Produksi batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada triwulan pertama tahun 2019 (TW-1 2019) mencapai 5.70 juta ton. Capaian ini naik sebesar 8 persen dari periode yang sama tahun 2018 sebesar 5.28 juta ton.
PTBA merilis pada Rabu (24/4), untuk angkutan batu bara tercapai sebesar 5.84 juta ton. Meningkat 7,6 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 5.43 juta ton. Hal ini mendorong peningkatan penjualan menjadi 6.65 juta ton atau naik sebesar 5,6 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 6.30 juta ton.
Pencapaian kinerja operasi Perseroan ini, tak lepas dari strategi manajemen dalam mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Korea Selatan, Sri Lanka, dan Hongkong, ditengah pembatasan impor yang dilakukan oleh China selaku pangsa pasar ekspor terbesar. Serta tentunya didukung oleh keberhasilan dari strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market.
Selain itu, sepanjang TW 1 2019, Perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp5.34 triliun, yang terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 46% persen. Penjualan batu bara ekspor sebesar 50 persen dan aktivitas lainnya sebesar 4 persen. Hal tersebut terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Pendapatan usaha ini, dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 13 persen menjadi Rp772.044/ton dari Rp887.883 di TW 1 2018. Penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batubara Newcastle sebesar 7 persen maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index / ICI) GAR 5000 sebesar 24 persen dibandingkan harga rata-rata TW 1 2018. Serta aturan pemerintah terkait harga jual DMO yang belum diimplementasikan secara penuh di TW I 2018.
Beban pokok penjualan pada tiga bulan pertama 2019 ini, tercatat sebesar Rp3.56 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 12 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp3.17 triliun.
Dengan komposisi dan kenaikan terbesar terjadi pada biaya angkutan kereta api, seiring dengan peningkatan volume angkutan batu bara. Serta kenaikan biaya jasa penambangan, seiring dengan peningkatan produksi dan peningkatan stripping rasio pada triwulan pertama 2019 sebesar 4.3 dari 4.2 pada TW 1 2018.
Dengan pendapatan dan peningkatan biaya tersebut, PTBA berhasili mencapai laba bersih sebesar Rp1.14 triliun dengan EBITDA tercapai sebesar Rp1.73 triliun.
Aset Perseroan per 31 Maret 2019 mencapai Rp24.83 triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap sebesar 27 persen dan kas setara kas sebesar 25%. Kas dan setara kas yang dimiliki Perseroan saat ini sebesar Rp 6.26 triliun relatif sama dibanding per 31 Desember 2018 sebesar Rp 6.30 triliun.
Total liabilitas perseroan per 31 Maret 2019 sebesar Rp7.27 triliun yang 58 persen diantaranya merupakan liabilitas jangka pendek. Total liabilitas tersebut turun dibandingkan liabilitas per 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh penurunan utang jangka pendek perusahaan. Kondisi ini menyebabkan cash ratio atau cash and equivalent terhadap liabilitas jangka pendek Perseroan meningkat menjadi 286 persen. Artinya, Perseroan memiliki likuiditas kuat atau sangat mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu.