Jakarta, TAMBANG – Menteri ESDM Ignasius Jonan menyadari, salah satu tantangan pembangunan nasional termasuk di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah mewujudkan pelayanan yang berkeadilan sosial.
“Pelayanan berkeadilan sosial terjemahan kita adalah semua kebutuhan dasar bagi seluruh warga sebisa mungkin terpenuhi, dengan baik dan terjangkau harganya. Jadi kalau ada listrik, tetapi masyarakat tidak mampu bayar, juga sia-sia,” ungkap Jonan, saat kunjungan kerja ke Desa Welai Timur, Kabupaten Alor, NTT, Sabtu (24/3).
Rasio elektrifikasi yang masih rendah atau dibawah 60 persen menjadi salah satu alasan Jonan blusukan ke Provinsi NTT.
“Kita sama-sama akan kejar agar rasio elektrifikasi disini sampai akhir 2019 juga bisa mencapai 99 persen. Tapi saya juga minta tolong, bapak Gubernur, Bupati, serta aparat keamanan untuk juga membantu layanan (pengurusan perizinan) kelistrikan dan air supaya cepat. Kalau ada hambatan kecil-kecil bisa diselesaikan. Arahan bapak Presiden, adminstrasi prosedur itu dipersingkat supaya tidak ruwet, tidak panjang,” tambah Jonan.
Dalam kunjungannya, i Jonan meresmikan 21 unit pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT), 12 sumur bor air bersih dengan pembiayaan APBN 2016-2017 dan membagikan 1.747 lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) dengan pembiayaan APBN 2018. Keseluruhannya di NTT.
“Penerima LTSHE di NTT tahun ini sebanyak 1.747 keluarga yang belum menikmati listrik. Kalau kurang, Kepala Dinas ajukan lagi tapi usulkan by name by address, jadi lebih cepat prosesnya. Ini gratis, dipasangkan gratis dan tidak perlu bayar iuran listrik,” tambah Jonan.
Dari tempat terpisah, masyarakat desa Pulau Buaya, Kabupaten Alor, sebagai salah satu yang menikmati listrik dari pembangkit listrik EBT menyampaikan terima kasih kepada Menteri ESDM melalui teleconference.
“Kami masyarakat pulau buaya sejak Oktober 2017 lalu sudah bisa menikmati listrik dari PLTS terpusat, kami terima kasih kepada bapak Presiden dan bapak Menteri,” ungkap Mantan Kepala Desa Pulau Buaya.
Selain berterimakasih atas PLTS yang diterima, warga desa Pulau Buaya juga meminta bantuan air bersih karena mereka kesulitan air, bahkan harus menyebrang pulau untuk mendapatkannya.
Menanggapi hal tersebut Jonan bertanya berapa jumlah masyarakat di Pulau Buaya. “1695 jiwa atau 378 KK seluruhnya,” jawab mantan Kepala Desa Pulau Buaya.
Lalu Jonan menjawab, “Tahun ini (2018) akan kita bangun satu sumur bor untuk Desa Pulau Buaya, cukup untuk seluruh warga,” jawab Jonan tegas.
Sebagaimana diketahui bahwa 1 sumur bor air tanah dapat menghasilkan debit air sekitar 2 liter per detik dan dapat dinikmati oleh lebih dari 2.000 jiwa.