Jakarta-TAMBANG. Salah satu upaya untuk mewujudkan cadangan strategis Indonesia (Strategic Petroleum Reserve/SPR), Pemerintah melakukan diskusi mendalam dengan Arab Saudi, Iran dan Kuwait terkait pasokannya. Untuk cadangan 30 hari, dibutuhkan minyak mentah atau BBM sekitar 45 juta barel.
“Kita sudah intensif diskusi untuk buffer stok dengan Arab Saudi, Iran dan Kuwait,” kata Dirjen Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja melalui keterangan resmi, Jakarta, Kamis (10/3).
Meski diskusi telah intensif dilakukan, besaran volume minyak mentah atau BBM yang dapat dipasok ketiga negara tersebut, belum dibahas. Namun demikian, Arab Saudi sebagaimana dinyatakan Menteri ESDM Sudirman Said dalam raker itu, bersedia memberikan satu bulan stok strategis mereka apabila Indonesia dapat membangun tangki minyak atau BBM. Pemerintah menginginkan stok strategis dapat mencapai 30 hari atau sekitar 45 juta barel.
Selain melakukan diskusi dengan negara sahabat, lebih lanjut Wiratmaja menjelaskan, Pemerintah juga tengah melakukan kajian mengenai cadangan strategis BBM tersebut, mulai dari pemilihan lokasi, jumlah tangki dan sumber pasokan.Khusus mengenai lokasi, ujar Wiratmaja, maka tangki harus terletak dekat dengan kilang dan konsumen serta pelabuhan. “Harus dekat sama kilang, konsumen juga pelayaran. Jangan sampai tempatnya sulit dijangkau,” tegasnya.
Sementara itu mengenai pasokan sebesar 45 juta barel atau cukup untuk stok selama 30 hari, Pemerintah menginginkan diperoleh secara business to business demi kelangsungan pasokan jangka panjang.
Terkait pengadaan tangki penyimpanan yang biayanya diperkirakan sekitar US$17 miliar untuk stok 30 hari, diharapkan dapat disediakan oleh swasta agar menghemat biaya APBN. Meski demikian, Pemerintah juga menjajaki untuk menitipkan minyak mentah atau BBM milik Indonesia di negara-negara anggota OPEC dan diambil pada saat dibutuhkan.