Beranda Sosok William Sabandar, Ketua Tim Satuan Tugas Investasi Timur Tengah

William Sabandar, Ketua Tim Satuan Tugas Investasi Timur Tengah

 

Menteri ESDM Sudirman Said ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai penanggungjawab urusan investasi Timur Tengah. Menteri Sudirman kemudian membentuk tim khusus yang diketuai William Sabandar. Willy, sapaan akrabnya, berkantor di Gedung Migas, dulu dikenal sebagai Plaza Centris, lantai 10, Jakarta Selatan.

 

“Tim ini tidak besar hanya sekitar 4 sampai 5 orang. Tugasnya menyediakan basis data terkait potensi investasi, memfasilitasi pertemuan antara investor dari negara timur tengah dengan mitranya di Indonesia,”demikian Willy.

 

Willy adalah peraih doktor geografi dari University of Canterbury, New Zealand, dan mendapatkan master dari University of New South Wales, Australia. Tapi pengalamannya lebih banyak di bidang non-geografi. Ia pernah aktif di Badan Rekonstruksi dan Recovery Nias, Kepala Operasi Satuan Tugas Nasional REDD+, dan Kepala Satuan Tugas Kemanusiaan Pasca Bencana Nargis, Myanmar. Di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, ia pernah diangkat sebagai ketua satuan tugas untuk percepatan energi terbarukan.

 

Lewat Tim Investasi Timur Tengah, beberapa kesepakatan bisnis pun dilakukan. Salah satunya antara Saudi Aramco dengan PT Pertamina yang berencana berinvestasi di empat kilang: Cilacap, Balongan, Bontang, dan Ujung Jabung (Jambi). Rencananya banyak lagi aliran dana dari Timur Tengah ke banyak sektor potensial di Indonesia.

 

Berikut wawancara Majalah TAMBANG dengan Willy di kantornya, pertengahan Desember lalu.

 

Indonesia mulai mencari investasi dari Timur Tengah dan Anda ditunjuk sebagai ketua tim ini. Bisa diceritakan apa yang dikerjakan tim ini?

Indonesia dan negara-negara Timur Tengah selama ini dinilai tidak pernah serius membangun kerjasama. Persepsi yang muncul baik dari pihak Indonesia maupun Timur Tengah tidak positif. Mereka melihat pihak Indonesia tidak serius mengharapkan kehadiran investasi Timur Tengah. Demikian juga kita menilai investor Timur Tengah tidak sungguh-sungguh. Sampai akhirnya Presiden Joko Widodo mengunjungi tiga negara di Timur Tengah dan menyampaikan keseriusannya menarik investasi dari negara-negara Timur Tengah.

 

Untuk lebih efektif Menteri ESDM Sudirman Said ditunjuk sebagai penanggung jawab menarik investasi Timur Tengah?

Pada saat kunjungan itu disepakati untuk ditunjuk penanggungjawab masing-masing negara. Indonesia menunjuk Menteri ESDM, Sudirman Said sebagai penanggungjawab. Arab Saudi menugaskan Al Khateeb, kepercayaan Raja Arab, untuk tugas yang sama. Orang ini sangat dipercaya untuk berhubungan dengan dunia internasional termasuk G20 dan lainnya. Seluruh investasi Arab Saudi dikelola oleh orang ini. Dia akan berkonsultasi dengan Pangeran Salman, anak Raja Salman yang diberi kewenangan mengurus investasi.

 

Menteri ESDM kemudian membentuk tim khusus, dan Anda sebagai ketuanya?

Ini tim kecil saja. Karena kalau timnya besar akan memunculkan birokrasi baru. Tugas pertama adalah siapkan basis data investasi yang macet dan investasi yang diminati. Kemudian melakukan koordinasi dan pertemuan dengan para pelaku usaha dari kedua negara. Tujuannya untuk menyatukan persepsi dan mencapai kesepakatan bersama. Jika ada minat, kami akan membantu merealisasikannya. Misalnya kami bantu untuk dilakukan kesepakatan atau perjanjian induk. Jika diperlukan adanya memorandum kesepahaman antar-pemerintahan kedua negara, akan kami fasilitasi.

 

Jika ada masalah, kami membantu menguraikan. Tim ini akan bekerja intens dan setiap bulan kami lapor baik ke Pemerintah Indonesia maupun ke negara mitra. Tim ini juga bisa jadi model karena sejak kunjungan Presiden, melalui pertemuan rutin, sampai sekarang sudah berhasil menarik investasi sebesar US$60 billion. Itu semua proyek riil, sudah ada pelaku, dan tinggal kita tindaklanjuti.

 

Seberapa besar pengaruh kedekatan agama pada minat investor Timur Tengah?

Selama ini kita menggunakan sentimen negara Islam atau agama, padahal sebenarnya pihak sana sudah tidak menggunakan terminologi itu lagi. Kata mereka, jika ingin berbisnis marilah menggunakan jalan bisnis. Bisnis tidak lain mereka menaruh uang, dan membawa keuntungan.

 

Apa yang sudah ditawarkan tim ini ke negara-negara Timur Tengah?

Setelah dilakukan pendataan, ada beberapa industri strategis yang potensial dan disampaikan ke mereka. Beberapa negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Iran, Kuwait, sudah menyatakan tertarik. Negara-negara ini sebenarnya sudah lama berminat bahkan ada yang sudah membuat komitmen, namun tidak jalan. Sebut saja Saudi Aramco yang pernah membuat MoU dengan PT Pertamina. Namun kesepakatan itu tidak jalan.

Maka ketika bertemu, mereka mengatakan kalian memberi kami MoU tetapi kemudian meninggalkan kami. Sekarang kalau kalian mau serius, tunjukkanlah. Pada saat itu Menteri ESDM mengatakan kita harus memperbaikinya.

Buat Indonesia, tidak ada lagi waktu untuk menimbang. Inilah saatnya menggarap peluang menarik investasi dari sana. Jika investasi Timur Tengah mengalir, Indonesia juga yang menerima manfaatnya.

 

Apa saja yang tim ini tawarkan ke investor Timur Tengah?

Indonesia memiliki banyak potensi. Kami sampaikan,  di antaranya pengembangan delapan  kawasan ekonomi khusus (KEK). Akan ada paket kebijakan berupa kemudahan bagi yang berinvestasi di KEK. Mulai dari kemudahan perizinan, pembebasan lahan, dan lainnya. Mereka sangat antusias.

Bahkan mereka minta ditentukan satu atau dua yang terbaik dari kawasan tersebut. Kami tawarkan beberapa lokasi seperti Tanjung Lesung (Banten). Pengusaha Arab Saudi mengaku sangat ingin masuk ke sana karena lokasinya juga tidak  jauh dari Jakarta.

 

Sejauh ini sudah berapa perusahaan asal Timur Tengah yang bertekad untuk berinvestasi di Indonesia?

Saudi Aramco sudah menandatangani perjanjian induk (HoA) dengan Pertamina untuk peningkatan kapasitas kilang Cilacap. Nilai investasinya US$5,5 miliar. Mereka juga berminat di tiga kilang lainnya yakni di Balongan (Jawa Barat), Bontang (Kalimantan Timur), dan Dumai (Riau).

Bahkan untuk kilang Balongan, konsepnya akan lebih komplit antara gas, minyak, dan petrokimia. Efek gandanya besar sekali. Kita bisa mendapatkan minyak, gas, dan pupuk. Saudi Aramco tidak hanya bicara kilang, tetapi juga infrastruktur pendukung .

 

Selain Saudi Aramco, siapa lagi yang menyatakan minat berinvestasi di Indonesia?

Uni Emirat Arab sangat serius ingin menggarap Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api di Sumatera Selatan. Ketika kami ke Uni Emirat Arab, Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin pun diikutkan. Dubai Port merupakan perusahaan yang punya pengalaman mengelola pelabuhan kelas dunia. Mereka ingin mengembangkan Tanjung Api-Api lebih baik lagi sehingga bisa bersaing dengan Singapura. Tidak sebatas mengelola pelabuhan, tetapi kawasan secara keseluruhan.

Juga ada Abu Dhabi Port yang akan mengembangkan pelabuhan di Makassar, Sulawesi Selatan. Uni Emirat Arab juga ingin masuk ke bisnis kilang lewat Mubadala Petroleum.

 

Bagaimana dengan Qatar, mereka tertarik untuk berinvestasi di bidang apa saja?

Ketika kami ke Qatar pada November silam, langsung dicapai kesepakatan dengan Nebras Power –BUMN listrik negara tersebut– untuk investasi sekitar US$500 juta di pembangkit listrik dari gas dengan kapasitas 500 MW. Pihaknya juga lewat Qatar Authority menyimpan sejumlah uang di dana investasi. Mereka menanyakan Indonesia punya portofolio proyek apa saja. Sejauh prospektif, akan dibiayai.

(Edisi lengkap wawancara ini sudah dimuat di Majalah TAMBANG edisi Januari 2016)