Jakarta – TAMBANG. Kementerian ESDM sudah menerima lima proposal peminat lelang penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Lawu di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sumber energi terbarukan itu menjanjikan potensi listrik sebesar 165 megawatt.
“Targetnya Desember ini pengumuman pemenangnya bisa keluar. Karena, untuk lelang panas bumi umumnya memerlukan waktu tiga bulan, kata Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Rabu (16/9) di Jakarta.
Penawaran lelang WKP Gunung Lawu diumumkan pemerintah pada akhir Juli 2015 lalu. WKP dengan luas lahan 60 ribu hektar tersebut mencakup 5 kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Ngawi, dan Magetan.
Menurut Yunus, 5 peminat yang telah menyatakan kesedian menjadi peserta lelang WKP Gunung Lawu adalah cerminan keberhasilan mempromosikan pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Sebab, selama ini peserta lelang suatu WKP belum pernah lebih dari tiga perusahaan.
Kelima perusahaan peserta lelang WKP Gunung Lawu itu adalah PT Pertamina Geothermal Energy, PT Star Energy, PT Sari Prima Energi, PT Bumi Energi, dan Ormat Technologies Inc.
Pertamina Geothermal Energy, anak usaha BUMN PT Pertamina (Persero), sudah menggarap 15 WKP baik secara mandiri maupun melalui Kontrak Operasi Bersama (KOB). Kelimabelas WKP tersebut adalah Sibayak dan Sarulla di Sumatera Utara; Sungai Penuh di Jambi; Lumut Balai di Sumatera Selatan; Hululais di Bengkulu; Kotamobagu, Lahendong, dan Tompaso di Sulawesi Utara; Kamojang, Gunung Salak, Wayang Windu dan Patuha di Jawa Barat; Ulubelu di Lampung; Bedugul di Bali; serta Dieng di Jawa Tengah.
Star Energy juga bukanlah pemain baru, karena sudah menggarap 2 WKP di Indonesia. Kedua WKP tersebut adalah Wayang Windu di Jawa Barat, serta Jailolo di Maluku Utara.
Sari Prima Energy saat ini tercatat memengang WKP Gunung Tampomas di Jawa Barat, sejak mengakuisisi saham Wijaya Karya Jabar tahun 2013 silam.
Sementara Ormat yang bermarkas di Israel dan terdaftar pula di bursa efek di Amerika Serikat sudah terlibat di Proyek Sarulla. Keterlibatan Ormat adalah melalui konsorsium bersama dengan Medco, Itochu, dan Kyushu. Dalam kontrak yang diteken Maret 2014, Ormat menyumbang 12,75% dari proyek bernilai US$254 juta tersebut.