Beranda Event Volume Produksi Vale 2015 mencapai 81.177 metrik ton

Volume Produksi Vale 2015 mencapai 81.177 metrik ton

Jakarta – TAMBANG. PT Vale Indonesia Tbk (IDX: INCO) membukukan volume produksi tahunan tertinggi dalam sejarah sebesar 81.177 metrik ton (t), melampaui rekor yang dicapai tahun sebelumnya. Produksi nikel dalam matte PT Vale di triwulan keempat tahun 2015 (4T15) adalah sekitar 8% lebih tinggi dibandingkan volume produksi di 4T14.

 

Volume penjualan di tahun 2015 meningkat sebesar 4% dari tahun 2014 dan 12% lebih tinggi dari triwulan keempat tahun sebelumnya (4T15 vs. 4T14). Namun dengan turunnya harga jual rata‐rata tahun 2015 sebesar 27% dibandingkan tahun 2014 karena harga nikel yang lebih rendah, maka pendapatan tahun 2015 juga turun 24% untuk tahun ini.

 

Biaya pokok pendapatan Perseroan turun sebesar 8% pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014. Penyebab utama penurunan biaya ini adalah turunnya biaya bahan bakar dan karyawan serta perbaikan monitoring pengeluaran diskresi.

 

Beban usaha, biaya keuangan dan beban lainnya pada tahun 2015 juga mengalami penurunan masing‐masing sebesar 20%, 21% dan 35% dibandingkan tahun 2014. Ini semua mencerminkan perbaikan disiplin biaya dan produktivitas operasi PT Vale yang berkelanjutan dan menggarisbawahi keberhasilan strategi pengurangan biaya Perseroan.

 

“Pada saat yang sama juga sangat penting bahwa kami senantiasa terus meningkatkan efisiensi biaya dan produksi karena kami tetap berhati‐hati dengan pergerakan harga nikel di tahun 2016,” ujar Nico Kanter, CEO dan Presiden Direktur PT Vale dalam rilisnya jum’at (25/2).

 

Ini adalah produksi triwulanan tertinggi dalam sejarah PT Vale, walaupun ketinggian permukaan air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Perseroan turun mendekati batas minimum menjelang akhir tahun, yang berdampak pada pasokan listrik. Hal ini membuat Perseroan mengaktifkan generator termal untuk memasok tambahan daya ke tungku listrik karena operasi masih menghasilkan margin kas positif.

 

Sementara itu di awal tahun 2016 ketinggian permukaan air PLTA mulai naik karena curah hujan yang lebih tinggi. Ini mendorong Perseroan untuk menghentikan operasi generator termalnya sejak pertengahan Januari 2016.