Jakarta, TAMBANG – Perusahaan tambang nikel terkemuka di Indonesia, PT Vale Indonesia Tbk sedang menggarap 3 proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel (smelter) di Sulawesi. Investasi yang akan dikucurkan untuk proyek ini senilai US$ 9 miliar lewat skema joint venture dan ditargetkan selesai pada 2026 mendatang.
Ketiga proyek baru itu tersebar di beberapa wilayah. Untuk pembangunan smelter di Pomalaa dan Sorowako, VALE menggandeng perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt. Kemudian untuk proyek smelter di Morowali, VALE menggandeng Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai).
“Untuk teknologi dikuasai oleh partner kita sebenarnya. Progres smelter-nya lebih banyak di mereka. Kita (Vale) lebih banyak di proses tambangnya,” terang Senior Manager Communication Vale, Bayu Aji, dalam acara Buka Puasa Media, Selasa (2/4).
Sejauh ini progres tambang Vale di Pomalaa sudah ada kantor, konstruksi persiapan pertambangan, dan perekrutan tenaga kerja. Sampai dengan Januari 2024, Vale sudah merekrut sekitar 1.000 orang pekerja dan 72% di antaranya adalah pekerja lokal.
“Itu bentuk salah satu perwujudan komitmen kita di PT Vale. Kalau bisa kita cari lokal dulu, kalau nggak bisa baru rekrut ke nasional dan lain-lain,” ucapnya.
Penggarapan proyek Vale di Morowali juga sedang berlangsung dan berprogress. Kantor baru sudah dibangun, pre-mining work sudah berjalan, bahkan beberapa jalan juga sudah dibangun. Vale juga merekrut banyak orang dan tetap memprioritaskan tenaga kerja lokal.
Sedangkan, pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Sorowako sedang dilakukan studi lokasi. Vale merasa masih perlu menilai dan menentukan titik pembangunan.
“Di Sorowako masih studi lokasi. Untuk pengangkutan kan harus dilihat lokasinya dimana. Karena pabriknya ada di Sorowako, sedangkan ini kan potensinya di daerah Maili. Jadi progressnya memang tidak sekencang yang di Pomalaa dan Morowali.” terangnya.
Baca Juga: Sustainability Jadi Kunci VALE Memproduksi Nikel Dengan Biaya Rendah