Beranda ENERGI Migas Ulah Militan Mengganggu Pasokan Minyak Nigeria ke Indonesia

Ulah Militan Mengganggu Pasokan Minyak Nigeria ke Indonesia

TAMBANG, JAKARTA. PELANGGAN minyak mentah di Indonesia, India, dan Amerika Serikat, mengalihkan pembelian minyaknya dari Nigeria akibat gangguan serangan dari militan anti-pemerintah yang mengurangi produksi minyaknya.

 

Empat jenis minyak Nigeria, termasuk yang diproduksi di sumur terbesarnya, Qua Iboe, mendapat gangguan yang masuk force majeure, alasan yang membuat perusahaan secara hukum bisa membatalkan pengiriman, akibat sesuatu yang tak bisa diduga.

 

Perusahaan India, HPCL, bulan lalu terpaksa membatalkan kapal yang sudah disewanya, untuk mengangkut 2 juta barel minyak mentah karena gangguan di Qua Iboe.

 

BUMN Indian Oil Corp. Ltd, pembeli utama minyak Niegara sejak tahun lalu, dalam tender terakhirnya menyatakan tidak akan mengambil minyak dari daerah yang gampang terkena gangguan. Qua Iboe, menurut dokumen yang dilihat wartawan Reuters, masih masuk dalam kelompok daerah yang relatif aman.

 

‘’Tak semua orang mau menghadapi risiko, sehingga mereka cenderung menghindarinya,’’ kata Olivier Jakob, Direktur Pelaksana PetroMatrix di Swiss kepada Reuters. ‘’Pabrik pengolahan minyak akan menghindarinya,’’ katanya.

 

Pertamina, salah satu pembeli cukup besar minyak Nigeria, juga memilih untuk tidak membeli minyak dari Nigeria dalam tender terakhirnya. Sebagai gantinya, Pertamina memilih membeli minyak Coco dari Kongo, Girassol dari Angola, dan Saharan Blend dari Aljazair.

 

Menurut para pialang minyak, Pertamina tak lagi membeli minyak dari Nigeria karena adanya kekerasan dan ketidakpastian yang makin meluas.

 

Kekerasan memang mengancam produksi minyak Nigeria. Rabu lalu, militan Nigeria menyatakan telah meledakkan sumur Chevron. Peledakan sumur ini merupakan jawaban atas tawaran perdamaian dari Pemerintah Nigeria kepada tentara pemberontak.

 

Ini merupakan serangan keempat dalam beberapa pekan terakhir yang menimpa unit produksi milik Chevron, perusahaan minyak dari Amerika Serikat. Serangan bulan lalu membuat Chevron terpaksa menghentikan ekspornya dari terminal Escravos. Dari Escravos, setiap hari Chevron mengapalkan 160.000 barel minyak ke luar negeri.

 

Foto: tentara pemberontak Nigeria.  Sumber foto: dailypost.ng