Jakarta – TAMBANG. Sepanjang tahun 2014 lalu, PT Timah (Persero), Tbk berhasil membukukan peningkatan laba bersih hingga totalnya mencapai Rp 637,95 miliar. Ini jauh di atas laba bersih tahun 2013 lalu yang hanya Rp 580,57 miliar.
“Meningkatnya laba PT Timah tidak lepas dari upaya efisiensi yang terus dilakukan untuk menekan biaya produksi,” demikian disampaikan Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan PT Timah (Persero), dalam laporan tahunan tertulis yang dikirimkan Rabu (4/3).
Peningkatan laba bersih itu seiring dengan pencapaian positif di hampir semua lini. Pendapatan tahunan naik dari Rp 5,85 triliun menjadi Rp 7,37 triliun. Sementara produksi bijih timah dan logam timah pun mengalami peningkatan volume, masing-masing menjadi 32.219 ton dan 27.550 Mton.
Untuk penjualan logam timah, volumenya pun naik dari 23.237 Mton menjadi 26.907 Mton. Kenaikan itu bisa mengimbangi harga jual rata-rata yang turun dari US$ 22.751 per Mton di tahun 2013 menjadi US$ 21.686 per Mton.
“PT Timah juga terus konsisten mewujudkan strategi bisnisnya yang bertumpu kepada 4 pilar, untuk menjamin keberlangsungan jangka panjang perseroan,” jelas Agung lagi.
Pilar pertama yang dimaksudkan adalah mineral timah dan mineral ikutan lainnya. Pilar ini diperkokoh dengan pembangunan pabrik mini monasit di Muntok, Bangka Barat.
Sementara untuk penambangan non-timah, PT Timah menggelar merger 2 anak usahanya sehingga lebih fokus untuk mengelolanya.
Lalu, untuk hilirisasi produk pertambangan berupa tin solder dan tin chemical, PT Timah telah menjalankan melalui salah satu anak usahanya.
Pilar terakhir adalah bisnis berbasis kompetensi. Dalam hal ini, PT TImah menjajal bisnis properti bekerjasama dengan 2 BUMN lain yang memang bergerak di bidang tersebut. Proyek awal yang digarap adalah di lahan seluas 176 hektare. Rumah Sakit Bakti Timah dikembangkan sehingga menjadi badan usaha berbentuk perseroan terbatas sendiri, sehingga bisa menjadi sumber pendapatan yang lebih besar.