Jakarta, TAMBANG – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Unit Pelabuhan Tarahan kembali meraih kategori Emas dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2022. Prestasi ini merupakan yang ketiga kali berturut-turut setelah 2020 dan 2021.
PROPER Emas merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan kepada perusahaan yang terbukti menerapkan sistem manajemen lingkungan yang baik, meliputi penerapan efisiensi energi, penurunan emisi, efisiensi air dan penurunan beban pencemaran air, pengurangan dan pemanfaatan limbah B3, pengurangan dan pemanfaatan limbah non B3, serta perlindungan keanekaragaman hayati.
Selain kategori Emas, PTBA juga berhasil meraih PROPER Kategori Hijau untuk Unit Pertambangan Tanjung Enim dan Unit Dermaga Kertapati berkat berbagai langkah yang mendukung keberlanjutan lingkungan.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, KH Ma’ruf Amin dan dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya, di Istana Wapres, Kamis (29/12).
Dalam sambutannya, Wapres Ma’ruf Amin menyampaikan ucapan selamat kepada perusahaan-perusahaan yang berhasil meraih anugerah PROPER, terutama kategori Emas. Ia berharap makin banyak perusahaan yang menjadi agen perubahan dengan melibatkan para pemangku kepentingan untuk ikut menjaga lingkungan dan mengurangi dampak lingkungan.
“Penanganan perubahan iklim harus bergerak maju, seiring dengan peningkatan penanganan global lainnya seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target SDG’s. Berbagai inovasi dan prestasi yang telah diciptakan agar terus dijaga dan ditingkatkan dengan mengutamakan dampak kongkretnya pada lingkungan hidup,” ujar Ma’ruf Amin.
Sementera Menteri LHK, Siti Nurbaya dalam sambutannya menyampaikan, terdapat 51 perusahaan dengan penilaian PROPER peringkat Emas, 170 perusahaan peringkat Hijau, 2.031 perusahaan peringkat Biru, 887 perusahaan peringkat Merah, dan 2 perusahaan peringkat Hitam.
“Penilaian dilakukan oleh Dewan Pertimbangan PROPER yang imparsial, independen, dan beranggotakan dari unsur akademisi dan tokoh masyarakat. Adapun variabel penilaian terus berkembang dari waktu ke waktu yang ditetapkan dan disusun secara konseptual,” kata Siti Nurbaya.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menyatakan bahwa penghargaan PROPER ini merupakan buah dari upaya PTBA yang senantiasa menjalankan prinsip keberlanjutan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan.
“PTBA telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pengurangan emisi, pengurangan limbah, efisiensi energi, dan pemberdayaan masyarakat. Apresiasi dari pemerintah tentunya menambah motivasi kami untuk menjalankan praktek bisnis yang berkelanjutan sehingga dapat berkontribusi optimal bagi masyarakat,” kata Arsal.
Beberapa upaya yang dilakukan Unit Pelabuhan Tarahan sehingga meraih PROPER Emas, antara lain efisiensi energi melalui modifikasi sistem starting sequence operasional jalur stockpile-1 ke shipholder-2, efisiensi air melalui pengurangan air operasional dengan menggunakan cairan dust retardant, penurunan emisi melalui reengineering rotary car dumper dari single dumper menjadi double dumper.
Selain itu pengolahan limbah B3 melalui recovery lubricant menggunakan welter purificarion system, pengolahan limbah padat B3 berupa limbah oli sebesar 38,9 ton, pengurangan dan pemanfaatan limbah non B3 anorganik sebesar 13,2 ton, dan pembibitan bambu yang pada 2022 mampu menghasilkan keanegaragaman hayati sebesar 3,14.
Inovasi Sosial juga dilakukan melalui Program Bahtera Bambu yang memberdayakan para penduduk lanjut usia (lansia) dalam hilirisasi bambu menjadi tusuk sate, cuka bambu, dan berbagai produk turunan lainnya.
Pengelolaan operasional PTBA yang berkaitan dengan lingkungan hidup telah sesuai dengan standar internasional. Hal ini ditandai dengan sertifikasi ISO 14001:2015 Lingkungan yang dipegang Perusahaan.
“Kami berkomitmen mendukung target Pemerintah mencapai nol emisi atau Net Zero Emission pada 2060. PTBA telah memiliki roadmap manajemen karbon hingga 2050, baik bersifat pengurangan emisi (reducing emission sources) maupun peningkatan penyerapan emisi (increase carbon sinks),” tegas Arsal.