Jakarta,TAMBANG, Salah satu komoditi yang hampir pasti akan dilarang ekspor dalam bentuk ore pada 10 Juni tahun ini adalah bauksit. PT Aneka Tambang,Tbk (Antam) selama ini dikenal sebagai salah satu produsen bauksit. Perusahaan juga mendapat rekomendasi ekspor sebagai insentif bagi perusahaan yang membangun smelter.
Selain diekspor, produk bijih bauksit Antam juga dialokasikan ke pasar domestik secara khusus ke PT Indonesia Chemical Alumina yang mengolah bauksit menjadi Chemical Grade Alumina (CGA).
Terkait kebijakan yang merupakan amanat dari UU Minerba yang baru tersebut, Antam sebagai BUMN akan patuh. “Kami sebagai perusahaan BUMN pasti akan mematuhi segala kebijakan pemerintah termasuk terkait larangan ekspor,”tandas Direktur Utama Antam Niko D Kanter dalam acara Buka Puasa Bersama dengan awak media, Jakarta (5/3).
Namun Ia juga menitip pesan bahwa dalam menerapkan aturan harus juga realistis. Harus diakui bahwa sampai sekarang industri pengolahan dalam negeri masih sangat minim. Ini tentu akan berdampak pada kegiatan operasi produksi nikel. Di sisi lain, ada beberapa perusahaan yang juga telah serius membangun smelter.
“Tapi pada saat bersamaan juga kita mesti realistis. Kalau memang daya serap pabrik smelter di bauksit ini masih terbatas, jadi mudah-mudahan pemerintah bisa melihat dengan open dan objektif supaya tidak disalahgunakan,” tandas Mantan Presiden Direktur PT Vale Indonesia,Tbk ini.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia perlu belajar dari pengalaman larangan ekspor nikel yang sudah lebih dulu diterapkan tahun 2020 silam. Jika pada akhirnya Pemerintah akan memberikan pengecualian maka harus dikaji secara mendalan dan transparan.
Sementara Corporate Secretary Antam Faisal Alkadrie menjelaskan bahwa pihaknya sejak tahun lalu juga telah melakukan penjajakan untuk pasar domestik. “Saat ini sekitar 30-40 persen produk bauksit sudah mulai pasarkan di pabrik domestik. Dengan kata lain kita sudah mulai bersiap-siap. Kalau pun itu terjadi istilah kita sudah tidak goyang, tidak berpengaruh pada kinerja perusahaan,”terang Faisal.
Untuk pasar domestik, bijih bauksit Antam diantaranya akan dipasok ke ICA. Di tempat lain perusahaan juga akan mempercepat pengembangan proyek baru di Mempawah yang mengolah bauksit menjadi Smelter Grade Alumina (SGA).
Antam sendiri menargetkan volume produksi bauksit pada 2023 sebesar 2 juta wet metric ton (wmt) sesuai dengan tingkat kebutuhan bauksit pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan dan proyeksi penjualan bijih bauksit kepada pelanggan pihak ketiga.
Data Kementerian ESDM sampai saat ini ada tiga refinery yang sudah berproduksi yakni PT Indonesia Chemical Alumina milik PT Aneka Tambang,Tbk yang mengolah Bauksit menjadi Chemical Grade Alumina. Kemudian ada PT Well Harvest Winning Alumina Refinery yang sudah membangun dua line dengan kapasitas 2 juta ton SGA per tahun. Lalu ada PT Bintan Alumina Indonesia.
Dari ketiga perusahaan tersebut, kapasitas input bijih bauksit sebanyak 13,9 juta ton setahun. Sementara kapasitas outpunya sebesar 4,3 juta ton alumina setahun.