Jakarta,TAMBANG,-Pembangunan proyek smelter PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN) di Kabupaten Sumbawa Barat (KBS) terus berlanjut. Ini merupakan bentuk komitmen AMMAN dalam mensukseskan hilirisasi tembaga sesuai amanat UU Minerba dan Pemerintah Indonesia. Namun demikian, penyelesaian smelter dengan kapasitas produksi 222.000 ton katoda tembaga ini dipastikan akan mundur hingga akhir tahun 2024. Hal ini disampaikan oleh Presiden Direktur AMMAN, Rachmat Makkasau, dalam acara Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Rabu (12/10).
“Tantangan yang kami hadapi merupakan force majeure dan tidak hanya dialami oleh AMMAN, melainkan juga perusahaan lain yang membangun smelter tembaga. Dampak pandemi COVID-19 selama lebih dari dua tahun terakhir sangat besar dan juga imbas dari perang Rusia dan Ukraina, menghambat proses dan komitmen dari para supplier dari Eropa dan Asia,” jelas Rachmat, yang juga merupakan Ketua Umum Indonesian Mining Association (IMA).
Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, berbagai perkembangan terkait pembangunan smelter telah dilakukan, seperti pesanan pembelian (purchase order) untuk seluruh peralatan dengan fungsi kritikal yang memiliki waktu pengiriman sangat lama (long lead equipment). AMMAN juga tengah melakukan proses rekrutmen secara bertahap yang disesuaikan dengan tahapan konstruksi, bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kerja sama dengan pemerintah dari level lokal dan nasional sangat dibutuhkan untuk jaminan kepastian perizinan serta agar tercipta situasi yang aman serta kondusif, sehingga kendala konstruksi dapat lebih diminimalisir.
Selain mengenai target penyelesaian smelter, dalam acara Investor Daily Summit 2022 di JCC Senayan, Rabu (12/10) dalam paparannya Rachmat juga menyampaikan sejumlah permintaan dan rencana produksi katoda tembaga Indonesia. “Penyediaan bahan baku industri tembaga kita sudah berjalan dan akan siap di tahun 2025 nanti. Diperkirakan Indonesia akan memproduksi 1,1 juta ton Katoda tembaga pada tahun 2025, sementara serapan dalam negeri hanya sekitar 300 ribu ton. Ini merupakan peluang bagi pemerintah maupun pelaku usaha di bidang industri untuk menyiapkan industri dalam negeri sehingga dapat menyerap bahan baku katoda tembaga ini,” tutup Rachmat.