Jakarta, TAMBANG – PT Timah Tbk kembali menenggelamkan artificial reef dan restocking cumi ke perairan laut Pulau Bangka beberapa waktu lalu. Hal ini dlakukan lantaran bagi PT Timah, menambang bukan hanya mengambil sumber daya alam, tapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem.
Reklamasi laut yang dilakukan PT Timah juga dilakukan di Kundur dan Karimun berupa penanaman mangrove, pembuatan penahan abrasi, dan restocking kepiting.
Penenggelaman artificial reef yang dilakukan PT Timah Tbk di perairan Pulau Bangka, telah menjadi potensi wisata bawah laut yang menarik karena ditempeli karang dan menjadi rumah bagi ikan.
Tahun 2022, PT Timah telah menenggelamkan 1.920 unit artificial reef di 11 lokasi di Pulau Bangka. Selain itu, PT Timah juga telah melakukan restocking cumi sebanyak 20.091 ekor.
“Realisasi reklamasi laut PT Timah Tbk untuk penenggelaman artificial reef dan restocking cumi sudah terealisasi 100 persen dari target yang ditetapkan,” kata Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Tbk, Anggi Siahaan dalam keterangannya, Rabu (28/9).
Anggi menyebutkan, penenggelaman artificial reef telah dilakukan sejak tahun 2016 silam. Dalam kurun 2016-2022, PT Timah Tbk telah menenggelamkan sebanyak 3.105 fish shelter, 1.475 unit transplantasi karang dan 3.840 unit artificial reef.
“PT Timah Tbk secara konsisten melaksanakan reklamasi laut dan dampaknya juga sekarang sudah mulai dirasakan masyarakat. Reklamasi Laut juga menjadi upaya perusahaan untuk mendorong wisata bawah laut,” ucap Anggi.
Sementara itu, Dosen Ilmu Kelauatan Universitas Bangka Belitung, Indra Ambalika Syari mengatakan kawasan reklamasi laut yang dilakukan PT Timah Tbk yang telah menjadi destinasi wisata bawah laut diantaranya di Pulau Putri yang terletak di Kabupaten Bangka.
“Di Pulau Putri reklamasi laut PT Timah Tbk sudah menjadi destinasi wisata yang dikelola kelompok masyarakat. Pengunjung bisa snorkeling melihat artificial reef yang telah ditempeli karang dan menjadi tempat bermain ikan,” ucapnya.
Indra menyampaikan di Pulau Putri bahkan sudah terbentuk kebun karang dan sudah dikunjungi wisatawan untuk foto bawah laut.
“Kebun karang itu terbentuk dari artificial reef yang ditenggelamkan PT Timah Tbk, kemudian dikelola oleh masyarakat. Sehingga menjadi paket wisata bawah laut,” kata Ketua Yayasan Sayang Babel ini.
Menurutnya, tidak hanya di Pulau Putri yang sudah bisa dikembangkan menjadi wisata laut, beberapa lokasi penenggelaman artificial reef juga sudah bisa dimanfaatkan menjadi destinasi wisata.
“Artificial reef yang ditenggelamkan rata-rata sudah ditempeli karang dan menjadi rumah ikan. Ini ada peluang yang bisa dikembangkan misalnya dijadikan spot wisata mancing. Nelayan setempat bisa menyediakan sewa perahu, wisatawan bisa mancing di lokasi artificial reef, ini tinggal dikreasikan saja,” jelasnya.
Menurut Indra aktvitas penambangan dan reklamasi merupakan satu paket komplit yang tak bisa dipisahkan agar penambangan dapat berkelanjutan.
“Semakin hari, perusahaan semakin sadar penambangan dan reklamasi merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, dan reklamasi bukanlah beban. Sehingga pertambangan yang memperhatikan lingkungan bukan hanya slogan,” kata Indra.