Vicharius DJ
[email protected]
Jakarta-TAMBANG. Presiden Joko Widodo sejak kemarin sudah berada di Cina untuk menghadiri KTT APEC. Ia pun menyempatkan diri meninjau lokasi pembangkit listrik tenaga batu bara, SDIC Beijing Power Plant, yang terletak di Kota Tianjin.
Dikutip dari laman Tempo (10/11), Jokowi yang didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil dan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mendapat penjelasan singkat mengenai pembangkit listrik yang ada di Tianjin tersebut.
Menurut salah satu pimpinan perusahaan, proyek pembangkit listrik itu dibangun dalam tiga tahap. Proyek tahap I memiliki kapasitas 2 x 1.000 MW dan sudah mulai beroperasi sejak tahun 2009.
Program tahap kedua dari pembangkit listrik tersebut memiliki kapasitas 2 x 1.000 MW dengan fasilitas salinasi air laut sebanyak 300 ribu ton per hari. Pembangkit listrik dengan fasilitas salinasi itu dapat menghemat lahan garam sebesar 22 kilometer persegi.
Sebelumnya Jokowi juga melakukan berkunjung ke Pacific International Container Port sebuah pelabuhan man-made terbesar di Cina. Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengatakan kunjungan Jokowi ke pelabuhan dan pembangkit listrik untuk mempelajari pengembangan infrastruktur di Cina.
“Ingin melihat langsung yang dikembangkan Cina, melihat langsung integrasi antara power plant, infrastruktur maritim, dan industrial park. Lalu juga terkait konektivitas darat dengan kereta api cepat,” kata Andi.
Bisa jadi ini merupakan langkah awal Jokowi untuk mencapai targetnya membangun pembangkit dengan kapasitas 35.000 MW selama lima tahun ke depan. Sebelumnya Menteri ESDM, Sudirman Said mengklaim bahwa perusahaan Jawa Energi akan membangun PLTU dengan kapasitas 5x 1000 MW di Cilacap, Jawa Tengah. Meskipun hingga kini belum diketahui siapa sebenarnya pemilik Jawa Energi itu.
Sementara itu anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Tumiran mengingatkan pemerintah mengenai rencana pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas sebesar 35 ribu mega watt (MW). Ia mengharapkan rencana ini tak sebatas wacana dan tak mempersiapkan aspek pokok krusial di dalamnya.
“Percepatan pembangkit listrik sebesar 35.000 MW itu cukup baik. Tapi ingat juga darimana pemerintah bisa merealisasikan hal itu semua. Jangan-jangan berutang semua,” kata Tumiran kepada Majalah TAMBANG.
Ia menyadari infrastruktur dasar ini memang sangat dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi nasional. Multiplier effect pembangunan pembangkit listrik dinilai cukup besar. Salah satunya menumbuhkembangkan sektor industri di dalam negeri.
“Ya kalau bisa dibangun tentu bisa menciptakan dan memperkuat indsutri di dalam negeri. Dari terciptanya industri akan mendatangkan efek positif di dalamnya,” ujar dia.