Peru, TAMBANG. PERU menggusur posisi Cina sebagai produsen tembaga terbesar kedua setelah tambang barunya, Las Bambas, mulai pengapalan sejak bulan lalu.
Produksi tembaga Peru akan naik 19% pada 2016, menjadi 1,9 juta ton. Tambang Las Bambas dikelola oleh perusahaan tambang dari Melbourne, Australia, Minerals and Metals Group (MMG). Pada kuartal kedua tahun ini, Las Bambas akan berproduksi penuh, sehingga mampu menghasilkan 275.000-330.000 ton tembaga.
Koran Australian Financial Review pagi ini melaporkan, berdasar hasil riset oleh konsultan tambang BMI, Peru merupakan tempat yang bagus untuk berproduksi. ‘’Peru akan menikmati untung dari harga yang stabil. Kami harap pada 2016 ini tembaga sudah mencapai harga dasarnya,’’ tulis BMI.
Harga tembaga pada 15 Januari mencapai titik terendah semenjak 2009, memangkas hasil ekspor tembaga Peru. Sebanyak 18% ekspor tembaga Peru ditujukan ke Cina. Melihat situasi ekonomi Cina yang tengah rapuh, ditambah dengan terjadi kelebihan pasokan tembaga di pasar internasional, untuk sementara Peru pun akan tertimpa harga tembaga yang rendah.
Meski harga tembaga sudah jatuh 50% semenjak 2010, beberapa perusahaan tidak berencana memangkas produksinya.Perusahaan tambang di Peru dan Cina merencanakan tambahan pasokan baru sebanyak 7,88 juta metrik ton pada 2020, alias bertambah 44% ketimbang produksi pada 2014.
Harga tembaga turun di Bursa Logam London, Rabu kemarin, penurunan terbesar semenjak September, dipicu oleh berita diberikannya izin ekspor terhadap Freeport Indonesia, oleh Pemerintah Indonesia. Masuknya produk Freeport akan menambah pasokan tembaga ke pasar yang sudah kelebihan pasokan. Dengan adanya izin ekspor itu, Freeport bisa mengekspor hingga sekitar 1 juta ton, sampai 8 Agustus 2016.
‘’Berita bahwa Freeport-McMoRan mendapat izin ekspor, semakin membuat harga tembaga terpuruk,’’ tulis lembaga riset Sucden Financial. ‘’Pasokan dari Freeport akan semakin menambah banjir pasokan yang berlimpah,’’ lanjutnya.
Harga tembaga untuk penyerahan tiga bulan ke muka turun 1,4% menjadi US$ 4.444 per ton, di Bursa Logam London. Harga turun 3,6% dalam dua pekan. Pasar di Cina daratan masih tutup karena libur Hari Imlek.